Senibudayabetawi.com – Kuliner khas Betawi mencerminkan ekspresi lisan tradisi di dalamnya. Bahkan di balik cita rasa kuliner Betawi terdapat makna tersendiri baik dalam waktu hingga upacara tertentu. Ekspresi lisan tercermin dalam waktu, tingkat usia hingga upacara tradisi terkait dengan kuliner tersebut.
Misalnya, dalam makanan saat pagi, siang, malam tentu sangat berbeda jauh dengan makanan yang disesuaikan dengan tingkat usia. Demikian pula kuliner yang disuguhkan pada kondisi untuk upacara tertentu, semua memiliki makna ekspresi lisan yang berbeda.
Sebagai warisan budaya takbenda, kuliner Betawi kerap kali memperjelas keberadaan tradisi dan ekspresi lisan. Ini termasuk menjadi bagian integral pada bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda. Kuliner juga dapat mempertegas keragaman adat istiadat, ritus, hingga upacara dalam berbagai kegiatan tradisi.
Melansir dalam Lembaga Kebudayaan Betawi, kuliner turut mengungkapkan bentuk-bentuk kemahiran kerajinan tradisional, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta. Berikut berbagai macam makna ekspresi kuliner Betawi.
- Kiro, yang berarti masakan khusus disuguhkan berdua
- Tuhfah yakni masakan khusus untuk pengunjung
- Harsu yakni masakan khusus perempuan melahirkan
- Makdubah yaitu masakan khusus para undangan
- Walimah yakni masakan untuk perayaan akad nikah
- Akekah yaitu masakan dalam rangka perayaan lahiran anak
- Godiroh yakni masakan untuk meramaikan acara sunatan/khitan
- Wadimah yaitu masakan dalam konteks upacara kematian.
- Nakibah yakni masakan untuk orang yang pulang mukim (menuntut ilmu)
- Wakiroh yaitu masakan untuk memulai membangun dan selamatan pindah rumah.
Kuliner Betawi dan Akar Ekologis
Kuliner Betawi hadir karena kelekatannya dengan akar ekologis di sekitarnya. Berbagai kuliner diantaranya kerak telor, nasi uduk, kue akar kelape, hingga sagon. Ada pula gabus pucung, tumis daun duren, hingga telubuk sayur ada karena bahan-bahan utama kuliner ini ada di Betawi.
Adapun kuliner berbahan dasar utama kelapa seperti pada kerak telor merupakan hasil pengolahan
kelapa yang kebanyakan di daerah Cikini. Beberapa bahan kuliner seperti bunga duren, pucung dan aren merupakan hasil pengolahan hasil bumi.
Demikian pula dengan tuak, hasil dari pohon nira banyak ditemukan di daerah Condet, Pondok
Gede dan beberapa wilayah pinggiran Jakarta. Sementara, pecak tembang memiliki nilai sejarah bahwa pada pecak tembang merupakan pengolahan ikan asin (jenis bahan makanan murah) menjadi lebih enak.
Ramadani Wahyu
[…] momentum untuk memperkenalkan kuliner Betawi. Akan tetapi, sebagai upaya merayakan multikultur kuliner Betawi di kancah […]
[…] momentum untuk memperkenalkan kuliner Betawi. Akan tetapi, sebagai upaya merayakan multikultur kuliner Betawi di kancah […]