Senibudayabetawi.com – Kegiatan pindah rumah bagi masyarakat Betawi tempo dulu merupakan hal yang sangat penting. Pasalnya, pada prinsipnya setiap keluarga atau pasangan suami istri harus tinggal di rumah sendiri. Bagi orang tua yang berada kebanyakan menyiapkan sebuah rumah untuk tempat tinggal anaknya kelak. Sementara bagi keluarga yang kurang mampu membiarkan anaknya yang telah menikah untuk tetap tinggal dengan orang tuanya. Terlepas dari itu, bagaimana masyarakat Betawi memaknai tradisi pindah rumah?
Uniknya, beberapa hari sebelum pindahan, keluarga yang akan pindah memberitahukan pada tetangga dan sanak saudara bahwa akan pindah rumah. Pemberitahuan ini diikuti dengan permintaan doa restu agar berjalan lancar.
Masyarakat Betawi Memaknai Pindah Rumah
Selain membawa barang-barang yang akan dipindah ke rumah yang baru, orang Betawi percaya akan beberapa barang yang harus disertakan, yakni pendaringan, lampu gembereng, tempayan, bumbu dapur, cermin, hingga tempat sirih. Tak asal dibawa, beberapa barang ini dipercaya memiliki makna tertentu. Yuk, kita bahas satu-per satu.
Pendaringan, yaitu tempat penyimpanan beras dengan sakadar isinya dan terbuat dari gentong tanah berukuran sedang. Pendaringan memiliki lambing kehidupan berumah tangga sebab setiap hari keluarga harus makan.
Masyarakat Betawi tempo dulu sangat pentang untuk melongok langsung ke dalam penderingan untuk mengetahui cadangan beras yang tersisa. Mereka percaya jika sering dilongok maka beras di dalamnya akan cepat habis. Oleh karenanya, mereka lebih baik meraba berasnya saja daripada melongok.
Lampu gembereng, yakni semacam lampu minyak dengan ukuran yang cukup besar. Di samping fungsinya sebagai penerang, lampu ini juga bermakna sebagai penerang hati dan kedamaian. Sebab, ruangan yang terang akan terasa lebih nyaman daripada ruangan gelap.
Tempayan atau kendi merupakan tempat penyimpan air dan terbuat dari gentong tanah yang biasanya terletak di ruang dapur. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat penting. Seperti halnya tempayan dan lampu, kedudukan kendi sangat penting dalam berumah tangga.
Bumbu dapur, yang terdiri atas bawang, jahe, kunyit, garam, ketumbar, cabai, serta jintan. Bumbu dapur ini melambangkan bahwa rumah adalah tempat kita hidup. Sementara dalam hidup, kita membutuhkan makan dan membutuhkan berbagai rasa seperti pedas, manis, asin dan gurih.
Seiring dengan Karakter Orang Betawi
Kaca atau cermin melambangkan bahwa orang Betawi harus senantiasa ngaca dulu sebelum mengatakan apapun pada orang lain. Itu artinya, orang Betawi harus intropeksi diri baru menyatakan pendapat tentang orang lain.
Tempat sirih lengkap dengan isinya yakni sirih, tembakau, kapur, gambir, pinang yang memiliki makna bahwa semua tamu, siapa saja akan diterima jika berniat baik. Orang Betawi mempunyai prinsip “ente jual, ane beli” yang artinya musuh tak untuk dicari, tapi jika datang maka akan dilayani.
Saat malam pertama di rumah baru biasanya tuan rumah serta beberapa orang anggota keluarga lain bersama membaca surah Yasin serta Kahfi. Selanjutnya untuk malam berikutnya hingga beberapa malam berikutnya diadakan tahlilan dengan mengundang tetangga di lingkungan rumah baru. Mereka membaca surah Al Baqarah, berlanjut dengan dzikir, tahlil, serta pembacaan maulid Nabi. Akhirnya, acara diakhiri dengan makan bersama.
Ramadani Wahyu