Senibudayabetawi.com – Orang Betawi Kebagusan sangat menjunjung tinggi budaya dan nilai agama Islam yang mereka warisi. Ini dibuktikan dengan berbagai macam tradisi yang telah dilakukan sejak pendahulu. Seperti halnya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad. Bahkan, ketaatan tradisi masyarakat Betawi Kebagusan ini kerap kali menjadi contoh bagi para pendatang.
Ketaatan masyarakat Betawi terhadap Islam tak lepas dari peranan para ulama Betawi seperti Habib Ali Al-Habsyi, KH. Abdullah Syafi’I, Habib Salim Jindan, hingga KH. Muh. Amin.
Di tengah perjuangan melawan penjajah, para ulama Betawi terus menyiarkan Islam hingga ke seluruh pemukiman warga Betawi. Tak mengherankan jika saat ini para ulama Betawi tersebut masih terngiang dalam ingatan warga Betawi.
Warga Kebagusan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Tak mengherankan jika saat peringatan hari besar Islam seperti Maulid atau Isra’ Mi’raj. Maulid Nabi yang diselenggarakan setiap tahun sekali menyedot perhatian pengunjung yang besar. Biasanya setiap masjid, mushala hingga majelis taklim di kelurahan Kebagusan mengundang jama’ah dari pengajian lain.
Pada umumnya, Maulid Nabi yang diselenggarakan di kelurahan Kebagusan diisi oleh berbagai acara keislaman seperti pembacaan Riwayat Nabi yang diiringi rebana atau marawis, hingga ceramah. Dalam Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Komunitas Etnis Betawi Kebagusan (2008) dalam acara Maulid Nabi ini juga disajikan pula jamuan makan atau lazim disebut dengan berkat.
Daya Pikat Berkat
Bagi masyarakat Betawi Kebagusan, keberadaan berkat menjadi salah satu daya pikat yang ampuh menarik jama’ah. Masyarakat sekitar akan merasa senang bila sepulang dari menghadiri Maulid Nabi membawa berkah dan berkat ke rumah masing-masing.
Berkah pertama berupa nasihat-nasihat yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, yakni berkat yang berisi lauk pauk atau sembako. Ibu-ibu yang berada di rumah sangat senang karena saat bulan Maulid Nabi mereka selalu kebanjiran gula pasir, mie instan, hingga kopi.
Saat ibu-ibu menyiapkan jamuan berupa berkat, bapak-bapak beserta para remaja sibuk mempersiapkan dekorasi dan mencari dana untuk memenuhi anggaran yang dibuat acara Maulid. Bila anggaran melampaui target maka mereka tak segan mengundang dua atau tiga penceramah sekaligus.
Cara Warga Betawi Kebagusan Merayakan Maulid Nabi
Dalam merayakan Maulid Nabi, panitia penyelenggara terlebih dahulu menyebarkan informasi pemberitahuan pada para jama’ah. Menariknya, tempo dulu, mereka kerap kali menyalakan petasan sebagai komunikasi antar kampung. Kampung lain yang berada di sekitar Kebagusan akan bertanya-tanya kegiatan apa yang akan digelar seiring dengan bunyi petasan. Setelah itu, mereka akan berbondong-bondong menuju lokasi penyelenggara Maulid.
Berbeda halnya dengan saat ini di mana penyebaran informasi Maulid bisa dilakukan secepat kilat dengan bantuan pamflet, spanduk hingga internet. Pada dasarnya masyarakat Betawi Kebagusan mengadakan perayaan Maulid Nabi sebagai tradisi atas para pendahulu-pendahulu mereka dan berlangsung tahun ke tahun.
Rangkaian Acara Maulidan di Kebagusan
Adapun perayaan Maulid Nabi di Kelurahan Kebagusan memiliki beberapa urutan yakni Pembukaan, yang dibuka dengan pembacaan surah Al-Fatihah, dibacakan susunan acara Perayaan Maulid Nabi. Kemudian dilanjutkan pembacaan doa arwah yakni Al-Fatihah yang dikhususkan pada Nabi Muhammad, sahabat dan keluarganya, serta para sesepuh, tokoh agama Kebagusan serta arwah kaum muslimin yang telah meninggal terlebih dahulu.
Selanjutnya dibacakan riwayat Nabi Muhammad SAW syair Barjanzi. Saat Asyrakal, pembaca yakni tiga orang membacanya secara bersamaan diikuti para hadirin sembari berdiri. Ini pula diikuti oleh iringan rebana. Pada saat Asyrakal pula, terdapat satu orang yang bertugas untuk keliling menyemprotkan minyak wangi ke tangan para jamaah diikuti daun mawar dan Melati yang sengaja disebar ke setiap penjuru jamaah.
Berikutnya yakni sambutan-sambutan para ketua pelaksana, ketua masjid, dan pimpinan instansi. Lalu dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran, ceramah agama, penutup dan ramah tamah.
Ramadani Wahyu