Senibudayabetawi.com – Tradisi Ngarak Barong telah menjadi salah satu tradisi di Betawi sejak abad ke-19. Biasa dimainkan dengan cara diarak, Barong Betawi atau dikenal ondel-ondel akan berkeliling menjelang atau sehabis panen dengan tujuan mengusir wabah atau bala panen padi.
Dalam Ngarak Barong, Tradisi Lebaran Betawi dan Strategi Pemertahanan Budaya Masyarakat Ernis Betawi di Kampung Sawah Bekasi: Kajian Semiotika (2022), awal mula barong dikreasikan oleh Samin bin Boing. Awalnya, tradisi Ngarak Barong dilakukan menjelang panen dan sehabis panen dengan tujuan mengusir bala dan wabah panen padi dan hasil pertanian.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan masuknya nilai-nilai religi tradisi Ngarak Barong mengalami pergeseran makna. Ngarak Barong yang sedianya sebagai pengusir bala dengan menggunakan rapalan mantra berubah sebagai tradisi menyambut kegembiraan menjelang akhir Lebaran. Biasanya arak-arakan Barong dilakukan menjelang seminggu setelah lebaran.
Prosesi Tradisi Ngarak Barong
Adapun prosesinya tradisi Ngarak Barong yakni pengantin dikawal dua barong dan di belakang dikawal empat orang penggotong cepu. Cepu merupakan sebuah wadah penampung kue-kue dan hasil panen yang dihantar sepasukan jawara, barisan masyarakat kampung dengan diiringi musik tabuh bedug. Terdapat juga musik rekorder dari speaker berkeliling kampung menuju tempat akhir sebuah lapangan.
Penduduk di kampung keluar rumah sambil memasukan kue, buah atau penganan apapun ke dalam cepu. Kemudian kue, hasil panen dan penganan tersebut diserahkan kepada tetua kampung, dihampar di atas tikar, selanjutnya dibacakan doa selamat. Semua yang hadir mengaminkan.
Selesai berdoa, kue dan penganan tersebut diambil secara bebas oleh peserta dan dimakan secara bersama. Peristiwa itu dikenal dengan istilah bebaritan. Arak-arakan barongan, mungkin banyak diketahui masyarakat di sekitar Bekasi dan Jakarta sebagai ondel-ondel, boneka raksasa yang sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi.
Barongan berasal dari kata “barengan” yang berarti sama-sama atau “bareng–bareng”. Sebutan itu datang dari kalimat ajakan logat Betawi, “Yok, kita ngarak bareng-bareng”. Sejak VOC mulai masuk ke Indonesia, pedagang Inggris W. Scot mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605. E.R. Scidmore, wisman asal Amerika yang datang ke Jawa dan tinggal cukup lama di Batavia pada penghujung abad ke 19 melaporkan dalam, “Java, The Garden of The East”, adanya pertunjukan seni jalanan di Betawi berupa tarian.
Ramadani Wahyu