Ondel-Ondel Versi Dulu dan Sekarang

Tradisi Ngarak Barong Ramaikan Lebaran Betawi di Kampung Sawah

Senibudayabetawi.com – Libur Lebaran Idul Fitri tahun 2023 boleh saja usai, tapi tidak untuk Lebaran Betawi. Masyarakat Betawi tempo dulu, terutama di Kampung Sawah akrab merayakan Lebaran Betawi dengan memeriahkannya dengan tradisi Ngarak Barong. Namun, tradisi ini kini tertelan oleh zaman.

Barongan kerap disebut sebagai ondel-ondel. Barongan berasal dari kata “barengan” yang berarti sama-sama atau “bareng–bareng”. Sebutan itu datang dari kalimat ajakan logat Betawi, “Yok, kita ngarak bareng-bareng.

Istilah Lebaran Betawi merujuk pada ritual budaya yang dirayakan serentak oleh masyarakat etnis Betawi setiap tahun setelah perayaan Idul Fitri. Sama halnya dengan Lebaran pada umumnya, Lebaran Betawi yakni ajang silaturahmi dan diiringi dengan perayaan tradisi seni budaya dan sajian kudapan dan kuliner khas Betawi.

Salah satu yang menarik dari perayaan yang kali pertama diselenggarakan tahun 2008 di Kampung Sawah ini yakni Ngarak Barong. Barong- yang saat ini disebut Ondel-ondel merupakan barongan, salah satu wujud makhluk mitologi dari Indonesia yang bersumber dari budaya masyarakat Bali dan Jawa.

Kesenian Barong yang ada di Kampung Sawah Bekasi merupakan seni yang turun temurun dari para seniman yang berada di lingkungan Bekasi. Konon, mereka menggambarkan barong yang dirias memakai kedok atau topeng dengan karakter wajah seram menakutkan.

Muasal Tradisi Ngarak Barong di Bekasi

Diperkirakan tradisi ini sudah ada sejak abad kesembilan belas. Dikenal luas mulai tahun 1940-an dan berlangsung hingga sekitar tahun 1980-an.

Kesenian ini sempat tak ada lagi usai tokoh pengkreasi, Samin bin Boing, pembuat Barong dan kedok semakin tua hingga pada akhirnya meninggal. Hingga hampir lebih dari 40 tahun tradisi itu pun menghilang.

Sebelum memeriahkan Lebaran Betawi, tradisi Ngarak Barong mulai dari menjelang panen atau sehabis
panen. Tujuannya tak lain yakni mengusir bala dan wabah panen padi dan hasil pertanian.

Namun seiring kemajuan peradaban dan masuknya nilai-nilai religi pada masyarakat, tradisi Ngarak Barong mengalami pergeseran makna.

Prosesi Arak Barong

Arak-arakan barong dilakukan menjelang seminggu setelah lebaran. Uniknya, prosesinya yakni ada sepasang pengantin dikawal dua Barong dan di belakang dikawal empat orang penggotong cepu.

Diketahui cepu merupakan sebuah wadah penampung kue-kue serta hasil panen yang dihantar sepasukan jawara, barisan masyarakat kampung dengan diiringi musik tabuh bedug.

Tak hanya itu, ada pula musik rekorder dari toa atau speaker berkeliling kampung menuju tempat akhir sebuah lapangan. Dalam setiap jalan yang dilintasi, penduduk kampung keluar rumah sambil memasukan kue, buah atau penganan apapun ke dalam cepu.

Selanjutnya, baik kue, hasil panen dan penganan tersebut diserahkan kepada tetua kampung/ustadz, dihampar di atas tikar, selanjutnya dibacakan doa selamat. Usai berdoa, kue dan penganan itu diambil secara bebas oleh peserta dan dimakan secara bersama. Peristiwa itu dikenal dengan istilah bebaritan.

3 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.