Mengulik Makna di Balik Tradisi Betawi Rebut Dandang

Mengulik Makna di Balik Tradisi Betawi Rebut Dandang

Senibudayabetawi.comDandang merupakan salah satu jenis peralatan dapur yang digunakan untuk menanak nasi. Begitu populernya, dandang juga dijadikan seserahan yang diberikan pengantin laki-laki pada pengantin perempuan. Ini terlihat dalam tradisi Betawi rebut dandang

Diketahui sejak abad ke-450 M, dandang terbuat dari perunggu. Selanjutnya seiring perkembangan zaman dandang tradisional dibuat dari tembaga yang dapat menghantarkan panas saat memasak nasi dan mengukus.

Dandang tradisional bentuknya tinggi dengan bagian leher memiliki lekukan kecil. Nah, dalam tradisi rebut dandang harus menggunakan dandang tradisional berbahan kuningan atau tembaga ini.

Tradisi rebut dandang merupakan salah satu tradisi yang menjadi bagian dari pernikahan adat Betawi. Ini biasanya dilakukan pada awal rangkaian upacara pernikahan yang hampir sama dengan palang pintu. 

Bedanya, jawara palang pintu tak membawa dandang, sedangkan dan jawara berebut dandang membawa dandang di bagian belakang punggungnya.

Adapun dandang memiliki arti bagi pihak mempelai laki-laki yakni melambangkan dalam memberi sandang, pangan, dan papan yang baik dalam kehidupan berumah tangga ke depannya.

Isian Dandang dalam Tradisi Betawi Rebut Dandang

Dandang yang dibawa oleh pihak pengantin laki-laki tidaklah kosong tapia da isinya. Di dalam dandang tersebut berisi berbagai bahan kebutuhan rumah tangga seperti beras, bumbu dapur seperti cabai, bawang merah.

Ada pula bawang putih, daun salam, garam, gula merah dan uang. Selanjutnya isian dandang ini ditutup dengan kain penutup hitam atau batik. Di atas kain ini diletakkan pula cincin.

Dalam tradisi unik Betawi berebut dandang diikatkan ke punggung seorang jago maen pukulan wakil besan dan bertugas mewakili pihak mempelai laki-laki. Wakil besan ini berjalan di barisan terdepan beserta iring-iringan rombongan.

Yang menarik juga, wakil besan zaman dahulu identik dengan lelaki berpenampilan jantan, bertubuh tinggi besar dan berusia 40-an. Sengaja mereka mencitrakan demikian agar seperti halnya jawara yang disegani.

Seperti halnya palang pintu, sesampai di pekarangan rumah mempelai perempuan, pihak keluarga laki-laki disambut meriah. Lalu, adegan berbalas pantun meluncur begitu saja antara wakil besan dengan jago dari pihak mempelai perempuan dan laki-laki.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.