Nganten-Ngantenan dan Marah-Marahan dalam Pernikahan Adat Betawi, Marah Sungguhan?

Main Nganten-ngantenan dan Marah-marahan dalam Pernikahan Adat Betawi, Marah Sungguhan?

Senibudayabetawi.comAcara Negor dalam pernikahan adat Betawi memposisikan pengantin lelaki nginep di rumah pengantin perempuan tapi tak diperbolehkan kumpul layaknya suami istri.

Meski pengantin perempuan melayani dalam hal menyiapkan makanan, tapi ia harus menjaga gengsi dan jual mahal untuk mempertahankan kesuciannya selama mungkin. Beginilah cara mereka main nganten-ngantenan dan main marah-marahan dalam pernikahan adat Betawi.

Main Nganten-Ngantenan

Dalam Siklus Betawi, Upacara dan Adat Istiadat, sehari setelah upacara perkawinan maka tepatnya pada sore harinya laki-laki pergi ke rumah istrinya dengan membawa “kiras” yakni beras tiga liter yang dibungkus dengan pelepah batang pisang yang dibentuk seperti halnya botol dan pada ujungnya diikatkan seekor ayam yang ukurannya sedang.

Sesampai di depan rumah istri, ayam tersebut dipencer sehingga berkeok. Ini merupakan tanda bahwa suaminya datang.

Lalu, ayam dan beras diterima oleh si istri tanpa memberi salam lalu dibawa masuk ke dapur dan dimasak.

Sementara itu si suami duduk-duduk saja di ruang tamu sembari menunggu istrinya memasak.

Setelah semuanya selesai, mereka berdua duduk di ruang makan menghadapi makanan yang baru dimasak oleh si istri dan kemudian si suami dipersilakan makan.

Main nganten-ngantenan berlangsung dua hingga tiga hari tanpa si istri mau menegur suami. Meski demikian, istri memasak atau menyediakan makanan tetap ia lakukan. Adapun karena ceritanya si istri masih marah maka setelah agak malam sang suami pulang lagi ke rumahnya untuk kembali lagi besok sorenya.

Main Marah-marahan

Setelah main nganten-ngantenan, selama itu pula si suami pulang pergi ke rumahnya tanpa menginap di rumah istrinya

Sementara sang suami tetap makan di rumah istrinya dan dilayani sebagaimana biasanya. Dalam keadaan ini, sang suami harus sabar menunggu atau mengindari sikap yang menyinggung perasaan. Selama ini, sang suami hanya mencoba melucu agar istrinya mau tertawa.

Selama mereka duduk-duduk, di luar rumah ramai para pemuda ataupun orang tua menanti kelanjutan dari permainan pengantin ini.

Misalnya, ada yang mengintip dari celah-celah dinding sembari memberi semangat dan menggoda pengantin lelaki. Bila malam itu istinya belum juga mau bicara makai a kembali lagi ke rumahnya.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.