Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi yang merupakan cikal bakal orang Jakarta terbentuk dari kultur yang unik. Bersumber dari berbagai asimilasi budaya luar, seperti Cina, Eropa, Portugis, dan Arab, orang Betawi melahirkan identitas yang khas dan kuat.
Berdasarkan dokumen tertulis (Testamen Nyai Inqua) Betawi sebagai identitas suku bangsa telah dipergunakan jauh sebelum tahun 1644 dalam kehidupan masyarakat di kota Benteng Batavia dan di luarnya (Ommelanden).
Nama Betawi juga telah digunakan sebagai identitas asal atau sebutan oleh orang lain. Ini dapat ditemukan pada sebutan seorang Syekh terkenal di kota Mekah yang diberi julukan Syekh Juned Al Batawi, karena ia berasal dari Betawi yang bermukim di kota tersebut sejak tahun 1834.
Pada tahun 1858 nama Betawi juga digunakan sebagai nama surat kabar yaitu Soerat Chabar Betawi dan kemudian berturut-tutut Bintang Betawi (1900-1906) serta Berita Betawi (1952).
Identitas lain masyarakat Betawi ditandai juga oleh ciri khas nama-nama warganya. Masyarakat Betawi tengahan memiliki ciri khas nama-nama yang dipengaruhi unsur keislaman dan kearaban, baik untuk nama lelaki maupun perempuan.
Sementara masyarakat Betawi perbatasan ditandai oleh ciri khas nama bukan Sunda maupun Jawa, tapi nama asli orang Betawi. Mulai dari Mian, Jantuk, Nimun, Sarmun, Norih dan Ojah.
Identitas masyarakat Betawi lain yaitu ditandai dengan istilah-istilah sapaan dan sebutan untuk kerabat yang lebih tua, sebaya, dan lebih muda. Misalnya, Kumpi, Buyut, Uwa, Nyai, Mamang, Bibi, Ade hingga Cucu.
Ramadani Wahyu