Sederhananya Rumah Adat Betawi Tempo Dulu

Sederhananya Rumah Adat Betawi Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Tempo dulu membuat rumah bagi orang Betawi sangat sederhana, termasuk bangunannya didominasi dari bambu. Ini membuat rumah adat Betawi tempo dulu yang akan dipindah cukup untuk digotong oleh beberapa orang tetangga secara sukarela.

Dalam Siklus Betawi – Upacara dan Adat Istiadat (2000), rumah yang dibuat dari bahan kayu pun dapat dipindahkan dengan cara yang sama, tapi harus nyambat (meminta bantuan) tetangga lebih banyak lagi. Pembagian ruangnya pun tak berbelit-belit yakni ruang tamu, kamar tidur, serta dapur.

Ruang tamu kerap pula hanya di beranda. Sedangkan ruang keluarga sama dengan ruang tengah. Kamar tidur yang disebut pangkeng terdiri atas dua hingga tiga kamar sebagai kamar tidur orang tua, anak perempuan dan anak laki-laki.

Jika ada tamu laki-laki menginap, biasanya disiapkan pula alat tidur dari tikar pandan di ruang tengah dan ditemani oleh pihak laki-laki. Sementara jika yang tamu yang menginap adalah perempuan makai a dipersilakan tidur di kamar tidur dengan ditemani pihak perempuan.

Menurut tradisi Betawi, rumah yang belum dipasangi jendela dan pintu pantang untuk dihuni. Bahkan, pemiliknya pun juga belum boleh menginap jika rumahnya belum sempurna.

Adapun pekerjaan terakhirnya yaitu memasang ragam hias, apakah itu gigi balang, pucuk rebung dan ragam hias lainnya.

Selanjutnya disempurnakan lagi dengan pemasangan dekorasi interior dan eksterior seperti memasang kaligrafi (jenis lukisan kaca) berbunyi assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillah atau dua kalimat syahadat di kusen luar pintu masuk utama.

Sementara di dinding luar depan dekat jendela dipasang pula kapstok yang berhiaskan lukisan kaca. Atau juga ditambahkan kaligrafi lain untuk dipasang di dinding bagian dalam.

Kaligrafi pada Rumah Adat Betawi Tempo Dulu

Uniknya lagi, selain kaligrafi juga dipasang pula tempat yang sama gambar buraq yakni kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah saat melakukan Isra Mi’raj . Buraq ini dalam deskripsi orang Betawi sebagai gambar kuda putih mulus dengan wajah perempuan cantik jelita serta bersayap keemas an.

Alasan di balik penggambaran ini pula karena buraq merupakan suatu kendaraan yang berjalan sangat cepat maka digambarkan seperti halnya kuda. Selain itu, ia juga bisa terbang maka digambarkan bersayap kokoh dan indah.

Tak hanya itu, buraq juga digambarkan bisa berbicara lemah lembut maka digambarkan berwajah wanita cantik jelita. Buraq dalam bahasa syariatnya merupakan kendaraan yang sangat cepat bahkan tak mudah dipantau saking cepatnya. Kombinasi warna gambar atau lukisan buraq sedemikian rupa sehingga indah ntuk dilihat.

Sementara itu, beranda tempat kongko-kongko juga dibatasi langkan setinggi lebih kurang 70 sentimeter dengan lebar papan atasnya 30 sentimeter. Langkan bisa diduduki bila bangku-bangku yang ada tak cukup untuk menampung banyaknya tamu.

Rumah orang Betawi tempo dulunya belum menggunakan ubin/ tegel tapi tanah yang dikeraskan atau dipadatkan sedemikian rupa. Sedangkan tanah ruang beranda dan ruang tamu disebut gejogan ruang beranda dan ruang tamu disebut gejogan yang tiap minggu dipoles agar licin dan ditaburi tai gergajian.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.