Senibudayabetawi.com – Tari menjadi sebentuk seni universal yang bisa melintasi batasan etnis dan budaya, termasuk tari Sirih Kuning. Tari Sirih Kuning merupakan tarian khas yang berasal dari suku Betawi, perpaduan antara budaya Betawi dan Tionghoa.
Tarian ini termasuk salah satu tari Betawi yang populer kerap dipentaskan di berbagai acara. Menariknya, tarian ini juga merupakan pengembangan dari tarian Cokek, tarian khas Betawi.
Sejarah Tari Sirih Kuning
Sejarah kemunculan tari Sirih Kuning tak lepas dari eksistensi keberadaan tari Cokek yang ada terlebih dahulu. Tari Cokek merupakan tari pergaulan dan banyak dimainkan oleh para cukong Tionghoa yang ada di Betawi.
Tari Cokek biasa dilakukan berpasangan antara penari Cokek dengan tamu laki-laki. Istilah Cokek berasal dari Bahasa Tionghoa cukin yaitu selendang yang panjangnya kurang dari satu meter dan dipakai penari perempuan untuk menggaet pasangan.
Sementara versi lain menyebut Cokek merupakan penyanyi yang merangkap sebagai penari. Tari Cokek Betawi berkembang ke beberapa daerah pinggiran seperti Tangerang, dan Banten.
Pengaruh Budaya Tinghoa dalam Tari Sirih Kuning
Kostum yang digunakan oleh penari Sirih Kuning pada umumnya adalah baju tradisional Tionghoa. Para penari perempuan mengenakan kebaya sebagai atasan dan baju longgar lengan panjang untuk para penari laki-laki. Pengaruh budaya Tionghoa juga tampak pada aksesoris yang dipakai, seperti tusuk konde ala Tionghoa, bunga, cadar hiasan kepala.
Beberapa hiasan aksesoris juga memiliki simbol penanda status sosial dan kebahagiaan. Hal ini tampak dalam hiasan bunga yang digunakan para penari. Pada bagian bawah penari juga mengenakan kain batik bermotif tanduk sebagai ciri khas Betawi.
Ramadani Wahyu