Senibudayabetawi.com – Calon pengantin perempuan dalam pernikahan adat Betawi memiliki perawatan tradisional khusus untuk menjaga kecantikan, kesehatan fisik dan mentalnya saat pernikahan berlangsung. Perawatan tradisional ini bernama sekep yang terdapat pada tradisi malam mangkat.
Malam mangkat merupakan masa awal calon pengantin dengan berbagai rangkaian acara. Mulai dari silaturahmi antar keluarga calon mempelai, khatam Al-Quran hingga perawatan tradisional bagi calon pengantin perempuan.
Tahapan Sekep Perawatan Tradisional Pengantin Perempuan Betawi
Pertama-tama, calon mempelai perempuan harus menjalani sekep yakni, calon pengantin perempuan dibalut kain serta selimut hingga kasur. Tidak adanya udara yang masuk dimaksudkan agar calon pengantin akan merasa gerah sehingga mengeluarkan keringat di tubuhnya.
Tak hanya berbekal selimut, dalam prosesi ini juga menggunakan ramuan dedaunan yang dicampur dengan air panas. Selanjutnya ramuan ini dimasukan kedalam kendi. Tempo dulu, orang Betawi kerap memanfaatkan kendi, tapi belakangan berganti dengan ember.
Wadah yang telah dimasukkan ramuan dedaunan ini kemudian diletakan diantara kedua kaki calon pengantin perempuan agar uap panas yang keluar menyebar keseluruh tubuhnya.
Sekep sebagai salah satu ritual yang ada di dalam tradisi malam mangkat. Adapun tujuannya dan makna di dalamnya agar sang calon mempelai perempuan tidak berkeringat pada saat menjadi pengantin dan tetap harum badannya selama prosesi pernikahan berlangsung.
Dalam Interaksionisme Simbolik dalam Tradisi Malam Manhkat pada Pernikahan Betawi: Studi Kasus Kelurahan Srengsreng Sawah Jakarta Selatan prosesi ini memiliki berbagai tahapan. Tahap pertama, tubuh calon pengantin perempuan yang akan disekep harus dibungkus tikar pandan. Selanjutnya dibalut dengan selimut tebal. Terakhir, Mak Praji mengipas air godokan bunga mawar agar airnya menguap menyerap ke tubuh calon pengantin.
Malam Mangkat Ajang Silaturahmi
Selain perawatan tradisional, malam mangkat juga menjadi ajang silaturahmi bagi para keluarga yang hadir. Mereka berbondong-bondong membawa baskom yang di dalamnya terdapat makanan, seperti beras, mie, telur, hingga sayur-sayuran. Bahan-bahan ini digunakan sebagai tambahan jamuan makan.
Kendati bernama malam mangkat, tapi acara dalam prosesi ini berlangsung siang hari dimulai dengan persiapan masak-masak untuk para tamu.
Acara malam mangkat lebih ramai atau sibuk dirumah pihak perempuan dibandingkan pihak laki-laki. Pasalnya, semua persiapan dilakukan pada pihak perempuan baik dalam persiapan masak-masak, pembuatan janur, dan lain-lainnya.
Pihak lelaki juga sibuk hanya saja tidak seramai pihak perempuan, pihak lelaki lebih menyiapkan seserahan yang akan dibawa kepada pihak perempuan seperti kue-kue khas Betawi, seperti roti buaya, dodol, dan uli.
Ramadani Wahyu