Senibudayabetawi.com– Bubur ase menjadi salah satu kuliner Betawi yang banyak ditemukan khususnya di daerah Jakarta seperti Kebon Kacang, Tanah Abang dan Pasar Gandaria. Ini bukanlah makanan langka, tapi dulunya dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Betawi Tengah.
Mengacu tampilannya, dalam semangkuk bubur ase menggambarkan multikulturalisme kebudayan masyarakat Betawi. Setidaknya terdapat pencampuran tiga kebudayaan dalam kuliner Betawi ini yaitu Tionghoa, Timur Tengah, dan Eropa.
Bagaimanapun wilayah Kebon Kacang, Tanah Abang dan Pasar Gandaria pernah didaulat menjadi pusat pemerintahan VOC.
Pada masa pemerintahan Belanda, wilayah Weltevreden ini berkembang pesat dan menjadi kawasan elit dengan tingkat modernitas yang tinggi.
Makna di Balik Bubur Ase
Makna di balik bubur ase terbilang dalam dan kaya, bahkan bisa dibilang melampaui sekadar seporsi bubur yang nikmat. Berikut beberapa aspek maknanya:
1. Kesejukan dan kesederhanaan
Istilah “ase” dalam Bahasa Betawi memiliki arti dingin. Ini merujuk pada cara penyajian bubur ini yang dingin atau hangat suam.
Bubur ase juga melambangkan kesejukan dan kesederhanaan sangat cocok dinikmati di tengah iklim tropis atau saat hari panas.
2. Keharmonisan rasa
Perpaduan rasa manis, asin, dan gurih dalam bubur ase dari bubur terlihat karena kombinasi dari semur daging, asinan, dan teri. Bubur ase melambangkan harmoni dan keseimbangan. Ini merefleksikan kebhinekaan dan toleransi di budaya Betawi yang terkenal.
3. Sakral dan ritual
Bubur ase juga sering disajikan dalam upacara adat Betawi, seperti dalam baritan atau sedekah bumi. Adapun maknanya terkait dengan rasa syukur, doa, dan keharmonisan sosial dalam komunitas.
4. Identitas budaya
Sebagai kuliner khas Betawi, bubur ase menjadi simbol identitas budaya dan warisan leluhur. Dengan cara menikmatinya maka kita juga turut menyambung dengan sejarah dan tradisi Betawi.
5. Ketahanan dan adaptasi
Bubur ase menggunakan bahan-bahan sederhana dan tahan lama. Ini sangat cocok seperti di Betawi yang notabene memiliki sumber daya terbatas. Selain itu, hal ini juga menunjukkan ketahanan dan kemampuan adaptasi masyarakat Betawi.
Menariknya, makna bubur ase bisa berbeda-beda bagi setiap individu. Bagi sebagian orang, bubur ase bisa jadi sekadar makanan pengingat kampung halaman. Namun bagi orang lain juga bisa menjadi representasi kearifan lokal dan nilai-nilai luhur.
Secara keseluruhan, bubur ase lebih dari sekadar hidangan; ia merepresentasikan filosofi hidup, keharmonisan, dan keunikan budaya Betawi.
Ramadani Wahyu