Senibudayabetawi.com – Saat mendengar istilah gorengan, makanan apa yang terlintas dalam benak kalian sobat senibudayabetawi.com? Sebagian besar pasti langsung menyebut pisang goreng, tahu sumedang hingga bakwan goreng. Intinya adalah semua penganan kecil yang biasa ditata dalam gerobak abang penjual gorengan. Namun, jangan kaget ya jika disuguhi gorengan khas Betawi.
Gorengan dalam kuliner khas Betawi sangat berbeda dengan gorengan pada berupa makanan kecil yang digoreng yang biasa disantap dengan kopi atau teh. Kuliner ini semacam gulai berkuah santan yang terasa manis dan berisi berbagai bagian sapi kecuali dagingnya.
Lalu kenapa disebut gorengan jika bentuk makanannya tidak disajikan dengan digoreng? Toh dalam proses masaknya tak berbeda dengan mengolah gulai biasa. Kalian ada yang tahu sobat senibudayabetawi.com?
Bayangkan saja, dalam kuah santan terdapat potongan daging kepala sapi, mata, tulang muda, iso, usus, babat, paru hingga torpedo sapi. Hmm sangat sarat kandungan lemak.
Selain menggunakan bahan jeroan sapi, gorengan juga bisa menggunakan jeroan kambing. Konon makanan ini tempo dulu masih kerap ditemui di kampung-kampung Betawi tapi lambat laun keberadaannya mulai langka.
Meski penggemarnya banyak, gorengan Betawi ini termasuk kuliner yang sulit dicari. Hingga saat ini pun masih belum dapat diketahui penyebabnya. Demikian Jakarta tempo dulu masih bernama Batavia, tempat banyak orang Betawi bermukim, gorengan berupa gulai jeroan makin sulit dijumpai.
Seperti halnya masakan Betawi lain, gorengan disajikan dengan ketupat atau nasi uduk dan sayur kacang panjang bersantan. Sebagai pelengkap, biasanya juga disertai emping melinjo, rebusan telur, hingga tahu dan tempe goreng.
Ramadani Wahyu