Sirpe, Kue Tradisional yang Merefleksikan Dialek Betawi

Sirpe, Kue Tradisional yang Merefleksikan Dialek Betawi

Senibudayabetawi.com – Sirpe. Begitulah masyarakat Betawi menyebut jajanan atau kue berwarna warni ini. Uniknya, penyebutan kue ini rupanya berkaca dari dialek asli Betawi.

Sebagaimana diketahui bahwa bahasa Betawi dikenal dengan logatnya yang khas. Adapun pelafalannya diubah dari huruf ‘a’ menjadi ‘e’. Itulah kenapa kue sirpa ini diplesetkan melalui dialek Betawi menjadi sirpe.

Tak hanya rasanya yang manis, warna jajanan ini yang menarik dan mencolok berwarna merah dan hijau kerap kali menggoda berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. 

Adapun bahan utama kue ini sangat sederhana yaitu hanya gula pasir, kelapa, dan pewarna. Warna-warna sirpe yaitu berwarna merah muda dan hijau dan menjadi pemikat mata. 

Nah, penasaran bagaimana cara membuatnya? Berikut ini resep kue sirpe khas Betawi.

Bahan: 

  • 1 butir kelapa yang ½ tua
  • 50 gr gula pasir
  • Air secukupnya

Cara pembuatan:

  • Gula pasir dimasak hingga air menjadi mendidih
  • Masukkan kelapa dan tunggu hingga 15 menit
  • Angkat dan bentuk dengan menggunakan sendok makan
  • Kue sirpe dapat dinikmati

Bahasa Betawi

Diketahui bahasa Betawi mengacu pada bahasa Melayu pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali,dan bahasa China Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa terutama Belanda dan Portugis.

Dialek Betawi

Dalam Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya (2000), yang ditulis Muhadjir, bahwa salah satu ciri khas dialek Betawi adalah munculnya alofon [e] pada akhir kata yang memiliki alofon [a].

Menariknya, tak semua alofon [a] berubah menjadi [e] dalam dialek Betawi. Dialek ini terbagi menjadi dua bagian yaitu subdialek Betawi Kota atau Betawi Tengah dan dialek Betawi Pinggiran atau Betawi Ora. 

Adapun untuk subdialek Betawi Kota mengungkapkan rumah, saya, dan apa dengan rume, saye, dan ape. Sedangkan subdialek Betawi Pinggiran mengungkapkan tiga kata itu dengan rumah, sayah, dan apah. 
Betawi Tengah telah lazim menggunakan iye, kagak, dan babeh. Sementara untuk keempat kata itu di Betawi Pinggiran diucapkan iyak, ora, dan baba. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.