Kala Anak Betawi Ngabuburit Bermain Meriem Sundut

Kala Anak Betawi Ngabuburit Bermain Meriem Sundut

Senibudayabetawi.com – Menjelang maghrib, anak-anak Betawi tempo dulu kerap kali memainkan meriem sundut. Permainan yang biasa disebut blegurang ini dimulai dimainkan menjelang bulan puasa (satu hari sebelum puasa Ramadan) yang diakhiri sekitar pukul lima sore sebelum Maghrib.

Dalam Permainan Tradisional Anak Betawi, munculnya permainan “meriem Sundut” ini tak hanya selama Ramadan, tapi juga selama Lebaran sekitar 40-50 hari lamanya.

Namun demikian seiring perkembangan zaman tak tentu waktunya. Permainan ini populer menjelang akhir 1950-an atau awal 1960-an tapi kini mulai jarang dimainkan.
Pemberian “meriem Sundut” memang kerap diasosiasikan dengan senjata meriam sesungguhnya.

Kemiripannya terutama terletak pada bentuk peralatan utama dan bunyi-bunyi yang dikeluarkan. Meriam merupakan kata benda, sedangkan “sundut” merupakan kata keterangan yang menjelaskan bagaimana menggunakannya, yakni disulut dengan obor kecil.

Demikian cara penembakannya lebih mirip dengan prinsip-prinsip yang dipakai pada meriam-meriam zaman dahulu. Hanya saja, permainan ini menggunakan amunisi lain yang saya ledaknya tak sekuat dengan mesiu.

Cara Bermain Meriem Sundut

Permainan Meriem Sundut dilakukan di luar rumah karena bagi orang yang gak kuat mendengar dentumannya akan merasa sangat terganggu.
Bermain “meriem sundut” dapat dibedakan antara mereka yang menangani langsung dan mereka yang hanya mengerumuni di sekelilingnya dengan jarak tertentu.
Golongan pertama disebut dengan istilah awak meriam. Pasalnya, di samping menyulut hingga meledak, mereka juga menyiapkan peralatan, membersihkan, dan mengisi dan mengamati amunisi.

Sementara golongan kedua yaitu mereka yang sekadar menonton, berkomentar, memberikan saran atau bahkan instruksi. Meski bisa dimainkan secara individual, tapi umumnya dimainkan secara berkelompok secara bergantian, semua mengarah pada minat utama yaitu menyulut meriam.

Mereka itu bisa berasal dari anak-anak sekitar berusia 10 tahun ke atas, remaja maupun orang dewasa terutama lelaki. Sementara golongan kedua kebanyakan diselipi anak-anak perempuan. Di Jakarta, permainnya ini sudah sangat jarang dimainkan dan diganti dengan perasan.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.