Bagaimana Masyarakat Betawi Menyambut Ramadan?

Bagaimana Masyarakat Betawi Menyambut Ramadan?

Senibudayabetawi.com – Bulan suci Ramadan sebentar lagi. Masyarakat muslim seluruh dunia tak sabar menantikannya. Demikian pula dengan masyarakat Betawi yang mulai siap-siap menyambutnya dengan berbagai tradisi. Nah, seperti apa sih tradisi masyarakat Betawi menyambut bulan Ramadan?

Etnik Betawi memiliki tradisi yang turun temurun dalam menyambut bulan suci Ramadan. Sebagai tradisi yang telah langka dan tergerus arus modernisasi, tradisi ini sebagian masih berlangsung tapi tradisi lainnya telah tergilas oleh zaman.

Melansir Dinas Kebudayaan Jakarta, masyarakat Betawi biasa menyambut bulan suci Ramadan dengan berbagai tradisi. Mulai dari Nyorog, Nyekar, tradisi Ruwahan dan Mandi Merang. Nah, berikut ini penjelasannya.

-Tradisi Nyorog

Nyorog bukanlah tradisi baru dalam penyambutan bulan Ramadan. Tradisi ini diperkenalkan sejak penyebaran agama Islam di Sunda Kelapa pada abad 18.

Budaya Nyorog merupakan tradisi berbagi bingkisan makanan atau panganan ke sanak keluarga atau saudara yang tinggal berjauhan. Adapun bingkisannya ini berupa kue, sembako, rantang hingga daging kerbau.

Tujuan Nyorog tak lain yaitu untuk mempererat ikatan antara orang tua dan anak serta sebagai simbol penghormatan kepada mereka yang lebih tua.

Tak hanya dilakukan saat Ramadan, Nyorog juga lazim dilakukan menjelang Lebaran maupun dalam prosesi upacara pernikahan. Pihak keluarga laki-laki akan mendatangi keluarga pihak perempuan membawa sorogan atau bingkisan makanan.

-Tradisi Nyekar

Budaya berziarah mendoakan orang tua, keluarga dan sanak saudara yang telah wafat. Tujuan nyekar yaitu sebagai pengingat kematian serta selalu diberikan istiqomah untuk mengirimkan doa bagi keluarga yang telah wafat. Selain itu, peziarah juga datang membawa bunga seperti bunga mawar, melati dan air yang ditaburkan di tanah makam.

-Tradisi Ruwahan

Ruwahan berasal dari kata “arwah” atau roh leluhur. Masyarakat Betawi meyakini bahwa arwah leluhur akan mendatangi sanak keluarga dan saudara sebelum datangnya bulan Ramadan.

Itulah kenapa dalam tradisi ini biasanya digelar juga pengajian, tahlil dan doa dengan mengundang keluarga, kerabat hingga pemuka agama dan diakhiri makan bersama.

Adapun makanan khas Betawi yang disuguhkan yaitu ketupat sayur, asinan, semur hingga kue-kue kecil khas Betawi. Tradisi ini juga kerap dilakukan saat malam takbiran menjelang Idul Fitri.

-Tradisi Merang

Biasa disebut dengan mandi merang atau tradisi merang telah populer sejak 1950-an. Tempo dulu, masyarakat Betawi memadati penuh bantaran sungai menjelang puasa Ramadan. Mereka Bersiap untuk keramas massal menggunakan merang.

Adapun merang merupakan bekas tangkai padi kering yang dibakar, lalu direndam. Kemudian, merang tersebut merang tersebut digunakan sebagai pengganti sabun dan sampo.

Tradisi merang dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Mandi merang dimaksudkan untuk membersihkan diri dan “hati”. Seiring zaman, banyak warga Betawi yang meninggalkan tradisi ini. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.