Senibudayabetawi.com – Maen Pukulan Sipecut-Putra Utama. Begitulah nama maen pukulan yang banyak menyebar di sekitar Jatinegara (Meester Cornelis) dan Jatinegara Kaum. Diperkirakan maen pukulan ini berasal dari Banten.
Seperti dikutip dalam buku karya G.J. Nawi Maen Pukul Pencak Silat Khas Betawi nama Sipecut atau Cipecut berasal dari sejenis senjata lentur yang disabet yang kerap juga disebut dengan cambuk. Maen pukul ini diperkirakan berasal dari Banten yang kemungkinan merupakan peninggalan orang Banten di masa Pangeran Jayakarta berkuasa di Betawi.
Jurus dalam Maen Pukulan Sipecut
Adapun jurus-jurus dalam maen pukulan Sipecut dari Perguruan Putra Utama yaitu Langkah (terdiri atas Langkah Empat Beset, Gelombang Dua Belas, Bombang Dua Belas, Empat Lima Pancer, Empat Kurung dan Empat Urung). Sementara pada Jurus (terdiri atas Sipecut, Pentil Luar, Pentil Dalam, Potong Sangkol, Tangkep Jambret, Siku Janggut, Bandul, Tangkep Kejet, Ketok, Slepet dan Kebet Tendangan).
Pada Kembangan (Kembangan 1-5, Kembangan Sambut Tangan Kosong, Kembangan Sambut Senjata 1-5), pasangan Seliwa, pasangan Silo Macan, pasangan Badras, pasangan Sipecut dan berbagai jenis kuncian dengan teknik kuncian berantai.
Ciri Khas Maen Pukulan Sipecut
Ciri Khas maen pukulan Sipecut-Putra Utama yakni ada pada kecepatan pergerakan badan yang mengandalkan gerak refleks baik memukul, menangkis, dan menendang tak ubahnya gerakan pecut yang dilontarkan. Maen pukul ini juga memiliki gerakan jurus yang lentur dalam melontarkan serangan, serta permainannya yang rapat dengan kuda-kuda setengah rendah.
Penerus maen pukulan Sipecut biasanya mempunyai ikatan dengan Jatinegara Kaum. Atau menyebar dan tinggal di sekitar Jatinegara Kaum, termasuk di Jatinegara (Meester Cornelis). Ini terlihat dalam gelar di depan nama seperti Raden atau Ateng. Nama sesepuh maen pukulan Sipecut-Putra Utama yaitu aden Angkawijaya bin Mahit Ateng Robain atau yang akrab disapa Utama atau Be’Oe.
Riwayat Be’Oe dalam Mengembangkan Maen Pukul Sipecut
Be’Oe lahir tahun 1907 di Kampung Solitude, Matraman. Pertama kali belajar maen pukulan Sipecut di usia 10 tahun kepada pamannya, Asari atau Neng Asmari Ateng Robain. Ia mengembangkan Sipecut dan mulai mengajar beberapa murid yang menjadi angkatan pertama di tahun 1925. Selanjutnya pada 1936 hingga 1942 (masa pendudukan Jepang), ia mengajar murid-murid angkatan kedua. Pada zaman perang kemerdekaan, segala kegiatan baik politik maupun budaya berada di bawah pengawasan pemerintah kolonial Belanda. Kondisi ini membuat Be’Oe lebih mengerahkan metode pengajarannya ke bentuk seni ibingan.
Baru setelah Indonesia merdeka, Be’Oe mendirikan perguruan Kesenian Pencak Gang Solitude (KPGS). Pada tahun 1957, Be’Oe mulai mengajar maen pukulan kepada angkatan ketiga yang menjadi murid-murid utamanya. Murid utamanya diantaranya Sa’aman, tokoh penting organisasi PPS Putra Betawi, Sagimin, pendiri perguruan PS Genta Macan Kumbang, dan Atut Karyoto pendiri PS. Cemeti Utama.
Ramadani Wahyu