Di Balik Asinan Betawi

Di Balik Asinan Betawi

Senibudayabetawi.com – Peta kuliner Betawi menunjukkan keragaman kekayaannya, seperti halnya asinan Betawi yang kerap menjadi andalan cocok dinikmati di berbagai nuansa. Cita rasanya yang merupakan perpaduan dari asam, manis, pedas dan asin cocok dinikmati sebagai makanan pembuka maupun penutup makan berat. 

Asal-usul asinan Betawi sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan hidangan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pengaruh budaya Tionghoa juga cukup terlihat pada penggunaan cuka dan saus kacang dalam bumbu asinan. Seiring berjalannya waktu, asinan Betawi mengalami perkembangan dan menjadi salah satu kuliner khas Betawi yang melegenda.

Selain cita rasanya yang unik dan khas, bahan dan proses pembuatan asinan Betawi menyimpan jejak sejarah, utamanya tradisi kuno Tionghoa. Ini tak lain terlihat dari pembuatan asinan Betawi yang konon telah lama dipakai saat peradaban kuno. Teknik pengasinan merupakan metode pengolahan secara kuno yang banyak dilakukan masyarakat tempo dulu.

Menyibak Pengaruh dari Tradisi Kuno Tionghoa dalam Perendaman Asinan Betawi

Tak sekadar menjadikan makanan awet dan tahan lama, teknik pengasinan juga menguarkan aroma dan cita rasa khas yang menggugah selera. Berbagai bahan yang digunakan dalam asinan Betawi, diantaranya sawi sebagai bahan dasar, tauge, timun, garam, gula hingga ebi. Sedangkan untuk bumbunya merupakan campuran dari kacang, cabai, cuka aren, udang kering, garam, dan gula.

Mengutip dari laman kebudayaanbetawi, perendaman sayuran sawi oleh cuka dan garam dilakukan sebagai bahan utama asinan Betawi. Cara pengasinan ini atau fermentasi biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa tempo dulu. Kemudian, kedatangan mereka ke tanah Betawi turut mempengaruhinya. Adapun untuk istilah asinan ini mengacu pada proses pembuatannya yakni pengawetan dengan merendam buah dan sayur dalam larutan air dan garam. 

Tempo dulu, khusus untuk asinan Betawi dan Tangerang biasanya lebih banyak menggunakan bahan utama sayur-sayuran. Sedangkan asinan Bogor cenderung menggunakan bahan buah-buahan sebagai bahan utama. 

Selain terpengaruh dari tradisi kuno Tionghoa, berbagai bahan lainnya juga diduga berasal dari akulturasi dengan tradisi Tionghoa. Misalnya tambahan kerupuk mie kuning yang menjadi ciri khas toping asinan Betawi dan juga penggunaan bahan cuka. 

Bagi warga Betawi, asinan juga merupakan kudapan yang bisa dinikmati di waktu senggang sambil bercengkrama dengan teman-teman atau keluarga. Hal ini yang kemudian asinan juga mendapat predikat makanan kegembiraan bagi masyarakat Betawi.

Ramadani Wahyu

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.