Senibudayabetawi.com – Bahasa Kreol Tugu, warisan perpaduan budaya Portugis dan Melayu di tanah Betawi kini telah berstatus sebagai warisan budaya tak benda. Penetapan ini menjadi sebuah pengakuan atas keberadaan bahasa unik, utamanya eksistensi bahasa Kreol Tugu yang awalnya berfungsi sebagai bahasa rahasia di lingkungan orang Tugu.
Muasal terbentuknya bahasa Kreol Portugis atau Kreol Tugu yang sejak tahun 1648 bertepatan saat Belanda merebut Malaka dari Portugis. Tentara Portugis yang berasal dari Goa, Bengal, Malabar, dan daerah jajahan lainnya dijadikan tawanan perang.
Ahli peneliti kata (leksikografi) dari Universitas Indonesia Arif Budiman menyebutkan fakta unik terkait bahasa Kreol Tugu. Pada zamannya, bahasa ini lebih sering dipakai komunikasi oleh sesama kaum pria.
Ini dikarenakan bahasa Kreol Tugu berfungsi sebagai bahasa sandi atau bahasa rahasia di lingkungan orang Tugu.
“Karena perempuan tidak lancar berbahasa Kreol Portugis, mereka tidak menurunkan bahasa itu kepada anak-anaknya,” kata lulusan Universidade Nova de Lisboa (Portugal) itu dilansir dalam BRIN, Rabu (28/8).
Bahasa Kreol Tugu Masa Kritis
Bahasa Kreol Tugu memasuki periode kritis pada masa kemerdekaan. Anak-anak keturunan Portugis masuk sekolah negeri dengan pengantar bahasa Indonesia Ini juga seiring dibukanya Jalan Raya Cakung-Cilincing.
Kampung Tugu yang muasalnya homogen kini tumbuh menjadi heterogen dan multikultur. Yang tersisa dari Kreol Portugis adalah kata sapaan kekerabatan, seperti tata (kakek), tata grandi (kakek buyut), nina (anak perempuan), sinyo (anak laki-laki), Bas (engkau), serta lagu-lagu berlirik bahasa Portugis, seperti “Nina Bobo”, “Kafrinho”, dan “Yan Kagaleti”.
Kreol Portugis atau Kreol Tugu
Diketahui istilah kreol berasal dari bahasa Prancis Creole atau dari bahasa Portugis crioulo yang berarti membentuk bawaan dari luar. Sementara bahasa Kreol Portugis terbentuk dari percampuran bahasa etnis Melayu di Melaku, Malaysia, dan bahasa Portugis sejak jatuhnya Melaka ke tangan Portugis pada 151L
Muasal terbentuknya bahasa Kreol Portugis atau Kreol Tugu yang sejak tahun 1648 bertepatan saat Belanda merebut Malaka dari Portugis. Tentara Portugis yang berasal dari Goa, Bengal, Malabar, dan daerah jajahan lainnya dijadikan tawanan perang.
Kemudian, mereka dibawa ke Batavia dan dipaksa menjadi serdadu VOC. Pekerja yang dibebaskan dari perbudakan (Mardijkers) disyaratkan memeluk agama Kristen Protestan. Kemudian mereka diasingkan ke tenggara Batavia dan terpencil.
Peradaban baru di Kampung Tugu mulai tumbuh dan diisi dengan keturunan Portugis (mestizo). Dalam kehidupan keseharian, mereka mempertahankan bahasa Kreol Portugis.
Bahasa ini bertahan hampir tiga setengah abad sebagai alat komunikasi masyarakat di Kampung Tugu (bahasa vernacular). Menariknya, sistem masyarakat yang notabene tertutup justru membuat bahasa ini tidak mudah terpengaruh bahasa lain.
Hingga penghujung abad ke-20, setidaknya ada puluhan generasi tua fasih berbahasa Kreol Portugis. Namun, sejak abad ke-21, jumlahnya mulai berkurang bahkan habis seiring semakin sedikit penuturnya. Generasi terdahulu yang fasih berbahasa Kreol tidak memiliki kapasitas untuk menurunkan pada generasi penerus.
Ramadani Wahyu