Menilik Rumah Panggung Betawi yang Lekat dengan Pesisir

Menilik Rumah Panggung Betawi yang Lekat dengan Pesisir

Senibudayabetawi.comRumah panggung Betawi merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan sejarah dan makna bagi masyarakat Betawi. Bangunan tradisional ini lekat dengan keberadaan masyarakat di pesisir, rawa atau daerah aliran sungai.

Muasal bentuk rumah panggung yaitu sebagai pengamanan terhadap air laut pasang. Kebanyakan masyarakat Betawi yang menggunakan rumah panggung adalah mereka yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan di laut.

Wilayah Pesisir

Dalam sejarahnya, sebagian wilayah Jakarta merupakan daerah rawa yang ditutup dengan berbagai material, seperti batu-batuan atau tanah urugan. Adapun tanah bekas rawa tersebut lalu didirikan bangunan dan dimanfaatkan sebagai lahan hunian sehingga tidak berbentuk panggung lagi. Namun, ada pula rumah panggung di darat dengan panggung lebih pendek karena merupakan transisi dari rumah panggung menjadi rumah darat.

Bangunan di daerah gunung, seperti Gunung Putri yang masyarakat Betawinya banyak merupakan keturunan Cina, bentuk rumah panggung biasanya digunakan untuk bangunan suci dan bersifat sakral. Ini sesuai dengan tradisi pra-Islam maupun Islam yang cenderung menyakralkan tempat ibadah dan peristirahatan raja serta keluarganya dalam bentuk rumah panggung.

Pada masyarakat Betawi pun ada tempat ibadah Islam yang berbentuk panggung, seperti langgar tinggi yang ada di Pekojan.

Menariknya, ada keuntungan tersendiri. Bagian bawah panggung yang berupa tanah bisa berfungsi sebagai tempat resapan air. Saat air pasang atau banjir, air akan menggenang sesaat untuk kemudian surut karena terserap ke dalam tanah. Sementara itu, penghuni yang tinggal di atasnya tetap dapat bercengkrama di dalam rumah tanpa harus khawatir kebanjiran.

Sedangkan untuk ciri-ciri rumah panggung yaitu berdiri di atas fondasi umpak, yakni fondasi setempat yang terbuat dari batu berbentuk persegi. Fondasi ini bisa melindungi tiang kayu dari rembesan air dan rayap.

Nah, di atas fondasi umpak terdapat tiang kayu sebagai soko guru. Kayu yang digunakan biasanya pohon yang ada di sekitar rumah, seperti pohon nangka, pohon kecapi, dan pohon rambutan. Terdapat bagian tangga lengkap dengan kepercayaan mengenai balak suji. Akan tetapi, saat ini balak suji sudah jarang ada di rumah-rumah Betawi

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.