Jejak Akulturasi dan Geografis dalam Rumah Betawi

Jejak Akulturasi dan Geografis dalam Rumah Betawi

Senibudayabetawi.comRumah adat Betawi merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang sangat penting dari suku Betawi, masyarakat asli Jakarta. Lebih dari berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga simbol identitas dan manifestasi jejak akulturasi dan geografis wilayah Betawi.

Rumah Panggung Betawi Pesisir

Betawi pesisir terbagi menjadi dua bagian, yaitu Betawi darat dan Betawi pulo. Adapun untuk Betawi darat meliputi daerah Sunda Kalapa, Dadap, Kampung Japad, Tanjung Priok, Kampung Bandan, Ancol, Marunda, serta Muara Baru. Sementara untuk Betawi pulo meliputi Kabupaten Kepulauan Seribu.

Nah, di daerah Marunda, Jakarta Utara sebagai daerah pesisir yang berawa maka arsitektur rumah beawi di kawasan tersebut yaitu rumah panggung. Adapun fungsinya yaitu untuk menghindari banjir saat air laut pasang.

Ciri khas adanya bentuk kolong ini merupakan pengaruh arsitektur bangunan dari penduduk yang berasal dari daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang banyak berdatangan di kawasan ini.

Rumah Betawi Tengah

Berbeda halnya dengan rumah Betawi yang ada di wilayah Betawi tengah atau kota. Kawasan ini meliputi beberapa wilayah seperti Condet, Senen, Kwitang, Tanah Abang, Tambora, Tanah Sareal, Taman Sari, Pasar Baru. Selanjutnya ada pula Kebon Sirih, Gurun Sahari, Kramat, Salemba, Cikini, Gondangdia, Matraman, Pal Meriam, Jatinegara, Glodok. Ada pula Krukut, Jembatan Lima, Petojo, Gambir, Sawah Besar, Pecenongan, dan Kampung Lima.

Di wilayah Betawi tengah seperti daerah Kwitang dan Senen, banyak rumah Betawi tanpa kolong dan langsung beralaskan tanah atau plesteran semen, berfondasi roolag.

Arsitektur ini terpengaruh dari arsitektur Belanda. Adapun roolag merupakan fondasi dari batu bata yang menghubungkan dinding dengan lantai. Sebenarnya lantai dalam rumah Betawi terbuat dari papan kayu, bukan plesteran semen dan tidak mengenal roolag.

Rumah Betawi tengah juga umumnya lebih eksploratif dalam penggunaan material bangunan, seperti menggunakan besi, ubin, genteng dan plesteran hingga bentuk dan ukuran rumah. Ini dikarenakan lokasi Betawi tengah yang ada di pusat keramaian. Kondisi ini secara tidak langsung berdampak pada masyarakatnya yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tren perumahan.

Rumah Betawi Pinggir dan Udik

Kawasan Betawi pinggir dan udik meliputi wilayah Kabupaten Tangerang, Kotamadya Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kotamadya Bekasi, Kotamadya Depok dan sebagian Kabupaten Bogor.

Dibandingkan dengan rumah Betawi lain, rumah Betawi jenis ini lebih berani dalam hal pewarnaan. Adapun rumah dipoles menggunakan warna-warna mencolok seperti hijau dan kuning.

Meski penuh warna, tapi rumah Betawi pinggir biasanya minim ornamen. Menariknya, rumah-rumah Betawi ini ternyata merupakan peralihan dari rumah berkolong dan tanpa kolong. Misalnya, dapat ditemukan di daerah Pondok Rangon, Kranggan, dan Topar dengan tinggi kolong hanya 20-30 sentimeter.

Ini dikarenakan bahwa pada awalnya masyarakat Betawi merupakan komunitas sungai. Mereka membangun rumah di sepanjang sungai di kawasan ini dengan pintu menghadap ke sungai. Jadi fungsi kolong yang rendah ini sekadar melestarikan sisa-sisa budaya rumah sungai tersebut, meski penduduknya telah menerap dengan membuat sumur di depan rumah.  

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.