Senibudayabetawi.com – Eksistensi Kota Tua Jakarta, saksi bisu sejarah kolonial Belanda, kini terus tumbuh seiring peran aktif generasi muda dan kekuatan media sosial. Kawasan bersejarah ini semakin dikenal salah satunya berkat kampanye #SaveKotaTua dan #ExploreOudBatavia dan inisiatif komunitas “Friends of Kota Tua”.
Mereka menggunakan media sosial untuk mengorganisir acara-acara budaya, seperti pameran seni jalanan dan festival musik, yang menonjolkan kekayaan budaya dan sejarah Kota Tua.
“Video pendek yang menampilkan tur virtual, cerita sejarah, dan kegiatan seni di Kota Tua menjadi viral, membawa kesadaran baru tentang pentingnya cagar budaya ini,” kata Founder Betawi Bangkit Bang David Dermawan dalam keterangannya.
Hasilnya, sambung dia langkah ini tidak hanya meningkatkan jumlah pengunjung. Akan tetapi juga mendatangkan sponsor dan dukungan dari berbagai pihak. Misalnya pemeliharaan dan restorasi bangunan bersejarah di sana seperti Jakarta Travel Guide dan NOW! Jakarta.
Memahami Arti: Het heden is het verleden en wat worden zal
Ungkapan ini, yang berarti “Masa kini adalah masa lalu dan apa yang akan datang,” sangat relevan dalam konteks Kota Tua.
Sejarah menunjukkan bagaimana kawasan ini awalnya berkembang sebagai pusat perdagangan oleh para kolonialis, yang kemudian berubah menjadi simbol penjajahan.
Namun, dengan pelestarian dan promosi yang tepat, Kota Tua dapat menjadi lambang masa depan yang bebas dari penindasan dan eksploitasi, di mana perdagangan bebas dapat dilakukan tanpa adanya penindasan antarbangsa.
Menolak Lupa, Menolak Penindasan
Menurut Bang David, sangat penting untuk mengingat dan tidak melupakan sejarah masa lalu. Dari awal kedatangan kolonialis yang bermaksud berdagang, namun akhirnya menjajah, kita harus selalu waspada terhadap keramahtamahan atau bujukan asing yang dapat merugikan.
“Kota Tua harus menjadi ikon peringatan akan masa lalu kelam sekaligus harapan masa depan tanpa penjajahan dan penindasan,” ujar dia.
Dengan keterlibatan aktif generasi muda melalui media, kita dapat terus mengukir sejarah baru untuk Kota Tua. Melalui edukasi dan kampanye kreatif, Kota Tua tidak hanya menjadi tempat wisata. Tetapi juga simbol kebebasan dan perdagangan adil tanpa penindasan.
Ramadani Wahyu