Senibudayabetawi.com – Kekayaan budaya Betawi sangat beragam. Salah satunya tertuang dalam manuskrip yakni berupa karya sastra yang telah berkembang sejak berabad-abad lalu. Tak sekadar tulisan, naskah Pecenongan terpengaruh dari berbagai budaya termasuk Arab dan Tionghoa dan menggaungkan nilai-nilai rasionalisme dan realisme.
Jamak diketahui bahwa kebiasaan orang Betawi tempo dulu yaitu suka mendengar kisah-kisah hikayat. Nah, kisah cerita hikayat yang asli tersebut dinamakan manuskrip.
Salah satu manuskrip Betawi yang masih terjaga keberadaannya hingga sekarang yaitu Naskah Pecenongan. Naskah ini ditulis oleh Sastrawan Betawi bernama Muhammad Bakir dalam bahasa Melayu. Hingga saat ini, naskah kuno ini tersimpan di Perpustakaan Nasional.
Namun, sebagian besar manuskrip Betawi berada di luar negeri seperti tulisan Sapian bin Usman, Sapirin bin Usman dan Ahmad Baramka di Leiden, Belanda dan Saint Petersburg Rusia.
Diketahui Muhammad Bakir menulis naskah Pecenongan pada abad ke-19. Ia merupakan tokoh sastra pada masa peralihan antara sastra klasik dan sastra modern Nusantara. Selain menulis, Muhammad Bakir mengajar anak-anak membaca Al-Quran di sekitarnya.
Bahasa Melayu Jawi
Naskah tulisan karya Muhammad Bakir masuk ke dalam lima genre sastra yakni cerita petualangan, cerita wayang, cerita panji, cerita Islam dan syair simbolik. Manuskrip Pecenongan ditulis tangan dengan bahasa Melayu Jawi. Menariknya, tulisan tangan Muhammad Bakir selalu dilengkapi dengan ilustrasi di setiap naskahnya.
Jika dilihat dari aksaranya, naskah Pecenongan terpengaruh budaya Arab. Sementara, bagian ilustrasinya terpengaruh budaya Tionghoa. Bakir tak sekadar menorehkan tulisan, tapi menggaungkan nilai-nilai modern seperti rasionalisme dan realisme.
Semasa hidupnya, Muhammad Bakir telah berhasil menuliskan sebanyak 28 judul naskah kuno. Adapun isinya tentang Hikayat Nabi Bercukur, hikayat yang dipengaruhi tradisi Hindu dan Islam, dan hikayat zaman peralihan seperti Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak, dan cerita Panji Semirang.
Meski naskah-naskah Muhammad Bakir mayoritas berisi kisah-kisah Islam dan ditulis dalam huruf Arab-Melayu, tapi karya-karyanya itu sangat digemari pembaca Tionghoa. Uniknya, ciri khas tulisan Bakir tak pernah luput dari catatan tentang dirinya, tanggal dan tahun penyelesaian tulisan dan tanda tangannya.
Ramadani Wahyu