Senibudayabetawi.com – Pendaringan, sebuah wadah tradisional berbentuk gentong yang digunakan untuk menyimpan beras, memiliki makna yang jauh lebih dalam bagi masyarakat Betawi tempo dulu. Selain sebagai tempat penyimpanan bahan pokok, pendaringan juga sarat akan simbolisme dan nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat Betawi.
Ada sebuah kepercayaan yang unik di kalangan masyarakat Betawi, yaitu pantangan untuk melihat langsung ke dalam pendaringan. Pendaringan disimbolkan sebagai sebuah pusaka tempat menaruh beras. Orang Betawi tempo dulu merasa pantang bila melihat langsung ke dalam pendaringan, terlebih pendaringan milik orang lain. Pamalik.
Jika memaksa melihat pendaringan, mereka percaya dua hal. Pertama, jika ternyata cadangan beras masih banyak maka dikhawatirkan pemilik rumah menjadi malas karena masih banyak stok beras. Tapi jika beras tinggal sedikit atau bahkan sudah habis maka membuat tak semangat hingga berkecil hati.
Simbol Kemakmuran dan Keberkahan
Bagi masyarakat Betawi, beras adalah simbol kemakmuran dan keberkahan. Pendaringan yang berisi beras penuh melambangkan ketersediaan pangan dan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, pendaringan selalu ditempatkan di tempat yang terhormat di dalam rumah, biasanya di sudut ruangan atau di dekat dapur.
Pendaringan dalam Upacara Adat
Pendaringan tidak hanya berfungsi untuk menyimpan beras. Akan tetapi, juga memiliki peran penting dalam upacara adat masyarakat Betawi lho sobat senibudayabetawi.com. Misalnya, dalam tradisi pindah rumah.
Bagi orang Betawi yang akan pindah rumah tempo dulu, pendaringan dari rumah lama ke rumah baru harus dibawa. Pendaringannya juga harus berisi beras yang masih tersisa. Ini sekaligus sebagai simbol harapan akan kehidupan yang baru dan penuh berkah di rumah yang baru.
Selain dalam upacara adat, pendaringan juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Dulu, anak-anak sering diajak untuk membantu ibunya mengambil beras dari pendaringan. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan anak-anak tentang pentingnya beras sebagai sumber makanan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai gotong royong dan kerjasama.
Ramadani Wahyu