Senibudayabetawi.com – Tari Blenggo Betawi memiliki gerak lenggak lenggok seni tari dan silat Betawi. Perpaduan unik ini menyimpan makna filosofis yang mendalam, terutama terkait dengan nilai-nilai Islam.
Tari Blenggo awalnya berkembang di Ciganjur, berakar dari empat keturunan terdahulu atau sekitar tahun 1800-an. Dalam Profil Seni Budaya Betawi, orang yang pertama kali mengajarkan tari Blenggo adalah orang Banten yang datang ke Ciganjur untuk mengajar mengaji dan rebana biang yakni Pak Haji Kumis. Sebelum mengajarkan tarian ini, ia mengajarkan rebana sebagai pengiring gerakan pencak silat.
Berbeda halnya dengan tari kesenian tradisional lainnya, tari Blenggo tidak memiliki pola pakem tarian. Sebagai tari pengiring dari rebana biang yang dimainkan seusai mengaji, gerakannya justru tergantung dari perbendaharaan gerakan silat di penari. Itu karena tarian blenggo ini setengah dari silat atau mengambil pola silat.
Dalam Ensiklopedia Seni Budaya Islam di Nusantara, gerak tari Blenggo yang mengambil dari pola gerak silat yang kebanyakan membungkuk. Selain itu juga hampir tidak ada gerakan mengangkat kaki, ini cerminan dari pola gerak silat koplek (nama gerak silat pada padepokan Akal dan Takwa) dari sanggar silat Akal dan Takwa Ciganjur (1965).
Makna di Balik Gerak Tari Blenggo
Gerakan dalam tari Blenggo mempunyai makna mendalam yang beririsan dengan nilai agama Islam. Misalnya, pola gerak merendah dan merunduk yang bermakna agar kita sebagai manusia tidak menyombongkan diri, karena masih ada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, tari blenggo tidak sama dengan tarian tradisional Betawi lainnya yang memiliki pola gerak, seperti pola lantai, gerakan pertama, gerakan inti, atau gerakan penutup.
Lalu ada pula gerakan salam, yang bermakna keselamatan, kedamaian, ketentraman dan keamanan. Ada juga gerakan kedua masih dengan sikap membungkuk dan merendah dengan gerakan kaki yang diangkat agak pendek, sambil kedua tangan digerak-gerakan bergantian. Dengan sikap membungkuk dan merendah merupakan simbol kesopanan.
Gerakan ketiga adalah berputar dalam lingkaran sempit kearah kiri, dengan gerak tubuh, tangan dan kaki yang sama. Gerakan tari yang memutar ke kiri dalam dapat dimaknai sebagai thawaf bagi orang Islam pada saat naik haji mengitari ka’bah. Lalu gerakan keempat adalah salam penutup, gerakannya sama dengan salam pembuka.
Ramadani Wahyu