Senibudayabetawi.com – Pada acara upacara pernikahan adat Betawi, ada salah satu makanan unik yang disebut dengan tradisi upacara ngejot. Ini bertujuan untuk merekatkan hubungan antara keluarga mempelai laki-laki dan perempuan melalui masakan jotan. Apa itu sobat senibudayabetawi.com?
Jotan merupakan makanan yang khusus diantar calon besan mempelai perempuan ke rumah calon besan mempelai laki-laki sehari sebelum hari akad nikah. Sementara upacara mengantarkan makanan jotan disebut dengan ngejot.
Dalam Tradisi Perkawinan Adat Betawi (2011), Moh Aziz menyatakan makanan jotan terdiri atas nasi putih, ikan talang-talang, pesmol sepasang, semur bulat (1 ½ kg) sepasang, bekakak ayam sepasang, sambal kol sepasang (atau acar kuning), sambel pengantin (sambal kentang), sop dua toples dan emping.
Makanan jotan ini akan dibagikan pada sanak keluarga dan tetangga di sekitar rumah calon besan laki-laki sekaligus mengingatkan pada mereka agar sudi mengantar rombongan ngerudat (calon mempelai laki-laki berangkat menuju rumah calon mempelai perempuan) esok harinya.
Nasi Jotan
Nasi jotan bukanlah hal baru. Kuliner ini sudah ada sejak tahun 1970-an dan masih eksis seiring perkembangannya hingga sekarang. Masyarakat biasa menambahkan daging kerbau atau ayam. Sementara buah-buahan bergantung pada selera, seperti anggur, apel, duku. Bahkan alat pembungkusnya tidak lagi memakai daun, tapi sudah pakai kertas minyak dan dikirimkan baskom.
Saat nasi Jotan sudah disiapkan, lalu dikirimkan melalui seorang utusan kepada tokoh masyarakat dan kerabat yang dituakan. Sesampainya di rumah tokoh dan kerabat yang dituju, utusan dari shohibul hajat tadi menjelaskan kedatangannya terkait rencana pesta pernikahan shohibul hajat.
Setelah kiriman nasi Jotan itu diterima, tokoh masyarakat atau kerabat yang dituakan kemudian membagikan nasi Jotan tersebut kepada sanak-saudara dan yang dikenal shohibul hajat di lingkungan sekitar.
Nasi yang selalu dihidangkan khusus menjelang pernikahan ini bukan asal sembarang kuliner. Pasalnya, nasi jotan disimbolkan sebagai wujud tali silaturahmi dan undangan keluarga besar. Ini dilakukan sebagai wujud penghormatan undangan pada mereka.
Ramadani Wahyu