Kami Tunggal Pitung Jat Ayu, siap singsingkan lengan baju
Belajar tanpa ragu ngapain harus malu, kalau kite mau maju
Seni bela diri ini budaya Betawi asli, harus dijunjung tinggi
oleh siapa lagi kalau bukan kite anak Betawi
Seorang lelaki mengenakan kaos polos berwarna hitam dan bersabuk pangsi Betawi tampak asyik menyanyikan sebuah lagu—mars Perguruan Silat Tunggal Pitung Jat Ayu. Jari jemarinya dipenuhi beberapa akik bermata hijau dan putih tampak menonjol saat ia mengayunkan tangannya dan memperagakan beberapa jurus. Tampak di hadapannya salah seorang pemuda lebih muda berpakaian pangsi—setelan khas Betawi sibuk menyajikan air putih hangat di meja.
Babe Tarman. Begitulah ia akrab disapa. Gayanya yang spontan seolah mengkamuflase bahwa sebenarnya ia adalah seorang pendekar. Ya, Babe Tarman ini juga sebagai pembina perguruan silat yang telah didirikan sejak 1972 itu.
Baca Juga: Pendekar Cingkrik Betawi, Masih Eksiskah?
Eksis hingga sampai sekarang, tak ayal jika perguruan yang beralamat di Jalan Kota Bambu Utara IV RT 03/RW 06 No 38 Kelurahan Bambu Utara, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat ini kini memiliki banyak cabang. Adapun diantaranya Bogor, Roxy, hingga Sawangan.
Berawal dari penerimaan amanah dari sang guru, yakni Baba Niswan dengan kepemilikan selembar legalitas, akhirnya Babe Tarman meneruskan perjalanan perguruan silat ini. Adapun perguruan silat ini mengajarkan silat Betawi beraliran cingkrig. Ya, aliran yang berasal dari daerah Rawa Belong, Jakarta Barat ini ia kembangkan hingga Kelurahan Bambu Utara, Palmerah.
“Kalau saya hanya meneruskan amanah guru saja. Cingkrig itu tidak hanya memiliki empat versi, tapi banyak, termasuk versi di perguruan ini,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Selasa (6/1).
Baca Juga: Perguruan Pencak Silat Cingkrig Kembang Cagak, Konsisten dalam Berprestasi
Adapun empat versi yang dimaksud Babe Tarman diantaranya cingkrig Ki Uming, cingkrig Kong Sinan, cingkrig Kong Hayat, serta cingkrig Ki Goning. Sementara untuk cingkrig Tunggal Pitung Jat Ayu sendiri sebenarnya tidak ada kaitan dengan nama Pitung—pahlawan legenda Betawi Si Pitung. Namun, lebih kepada adanya keturunan dari Si Pitung yang belajar cingkrig.
Secara umum, silat cingkrig memiliki 12 jurus dasar, diantranya keset bacok, keset gedor, langkah tiga, langkah empat, macan, serta singa. Sementara, tiga jurus sambut (latihan perkelahian berpasangan) yakni sambut tujuh muka, sambut gulung, san sambut habis.
Babe Tarman memastikan bahwa cingkrig juga mengajarkan untuk mengilhami sifat-sifat ksatria, seperti halnya tak akan memukul terlebih dahulu sebelum ada lawan. Hal ini terwujud dalam ciri khas jurus cingkrig yang memang haram hukumnya untuk mukul terlebih dahulu.
“Oleh karena itu kenapa sebelum jalan gerak selalu didahului jurus beset. Kita dianjurkan tidak boleh mukul dulu,” ujar lelaki berusia 71 tahun ini.
Regenerasi Perguruan
Terlepas, hingga saat ini perguruan ini memiliki murid sekitar 60 anggota dari berbagai kalangan baik itu anak-anak hingga dewasa. Penting, sambung dia untuk tetap memastikan adanya regenerasi bagi generasi seterusnya.
Baca Juga: Regenerasi, Kunci Sanggar Cingkrig Tumbal Pitung Kong Ajud
Hal ini tak lepas dari peran guru di dalamnya untuk menjamin agar muridnya selalu percaya pada gurunya. Salah satunya melalui pemberian syarat tertentu seperti harus ngaji dan sholat terlebih dahulu sebelum diajarkan jurus. “Yang harus dipastikan dulu adalah moral dan akhlak murid, kalau udah baru bisa diberi jurus,” kata dia.
Hal sebaliknya berlaku bagi guru. Guru yang merupakan contoh bagi murid-muridnya harus memastikan penampilan aksi silatnya di panggung bisa membuat bangga murid-muridnya. Sehingga, sambung dia murid akan semakin respek terhadap sang guru.
Misalnya dalam penampilan nandak, kalau gurunya terlihat kurang greget penampilannya, maka murid juga akan begitu. Bahkan bisa jadi mereka malu,” pungkasnya. admin