Senibudayabetawi.com – Nama Pasar Senen sudah sangat populer sejak tempo dulu. Wilayah yang berada di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat ini konon sangat terkenal sebagai pusat niaga. Sebagaimana lokasinya yang strategis, Pasar Senen juga sebagai salah satu stasiun kereta api besar untuk masyarakat berpergian ke luar kota. Menariknya sobat Senibudayabetawi, wilayah ini ternyata memiliki sejarah yang cukup unik.
Melansir jurnal Historia Madania bertajuk “Pasar Senen: Reorganisasi Pasar Tahun 1966 – 1993”, wilayah Senen konon terkenal akan hasil perkebunannya. Lambat laun, seiring perkembangan ekonomi masyarakat, lalu mulai didirikan pula sebuah pasar. Pemilik tanah Senen, Justinus Vinck, lalu mengajukan permohonan pendirian pasar ke pemerintah Belanda. Permohonan tersebut kemudian langsung disetujui Gubernur Jenderal Abraham Patras.
Adapun Pasar Senen didirikan tepat di sebelah selatan Jalan Gunung Sahari. Saat itu, jalan ini terkenal sebagai nama Groote Zuiderweg. Akan tetapi, orang-orang Belanda lebih mengenal pasar itu dengan nama Vincke Passer atau Pasar Vinck. Ini mengacu pada nama pendiri Justinus Vinck.
Pasar Senen Tempo Dulu
Pasar Senen saat ini banyak dihuni oleh orang-orang Tionghoa. Kemudian Pasar Senen semakin maju di masa pendudukan Jepang. Bahkan, masih eksis hingga detik ini.
Awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin dan didominasi oleh masyarakat etnis Tionghoa. Itulah sebabnya passer ini disebut Pasir Snees atau belakangan menjadi Pasar Senen. Selanjutnya pada 1766, pasar ini akhirnya dibuka untuk hari selain Senin.
Dalam perkembannya, wajah Pasar Senen dan Kawasan di sekelilingnya berubah. Kawasan sekitar Pasar Senen merupakan tempat favorit berkumpulnya para intelektual muda dan para pejuang bawah tanah dari Stovia di era prakemerdekaan (1930-an).
Sejumlah pemimpin pergerakan seperti Chairul Saleh, Adam Malik, juga Soekarno dan Mohammad Hatta, kerap menggelar pertemuan di kawasan ini.
Kawasan sekitar Pasar Senen juga menjadi tempat favorit berkumpulnya para seniman era Pujangga Baru pada zaman penjajahan Jepang (1942) hingga tahun 1950an. Nama-nama seperti Ajip Rosidi, Sukarno M. Noor, Wim Umboh, dan H.B. Yasin, muncul dari Senen. Mereka kerap dijuluki Seniman Senen.