Senibudayabetawi.com – Keberadaan sekolah etnisitas pada abad ke-20 menjadi salah satu model pendidikan populer dalam masyarakat Hindia Belanda. Siapa sangka, pendidikan model ini menjadi pemicu orang-orang Tionghoa di Batavia untuk mendirikan perkumpulan Tionghoa yang berpikiran maju dan intelektual. Pendidikan modern etnis Tionghoa bermula dengan dibangunnya Sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan (STHHK) di Batavia.
Sejak berkembangnya pemikiran modern dan kebijakan politik etis di Hindia Belanda sejak tahun 1901 hingga 1930, kaum muda mulai mengadopsi pemikiran modern. Dalam Sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan (STHHK) Representasi Pendidikan Modern Etnis Tionghoa, ini menjadi akar kekuatan perkembangan nasionalisme orang-orang Tionghoa di Hinda Belanda.
Pemicu sekolah etnis Tionghoa ini juga dikarenakan ketatnya syarat khusus untuk Tionghoa agar bisa mengenyam pendidikan setara di sekolah elit kolonial Belanda. Ini semakin diperparah dengan kebiasaan buruk masyarakat Tionghoa dalam pemborosan uang untuk pesta perkawinan dan kematian.
Gebrakan Awal untuk Kaum Muda Tionghoa
Sebagai gebrakan awal, pada tahun 1900 kalangan Tionghoa muda atau tua berpikiran maju membentuk gerakan “Kaum Muda” atau “Jong Chinese Beweging”. Mereka memiliki keinginan untuk menumbuhkan dan menanamkan rasa nasionalisme Tiongkok di kalangan penduduk Tionghoa di Hindia Belanda.
Selanjutnya pada 17 Maret 1900, mereka mendirikan sebuah perkumpulan khusus orang-orang Tionghoa pada sebuah pertemuan di rumah Phoa Keng Hek di Jl. Mangga Besar. Perkumpulan tersebut diberi nama Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK, 中华会馆/ Zhong Hua Hui Guan) seterusnya akan menggunakan PTHHK.
Namun baru pada 3 Juni 1900, Gubernur Jendral Hindia Belanda memberikan pengesahan terhadap PTHHK melalui maklumat dalam surat kabar Javasche Courant pada 8 Juni 1900 (Kristan dan Sugiaman Gonassis, 2020:14).
PTHHK bermakna Chinese Club atau Rumah Perkumpulan Tionghoa yang didirikan oleh 20 orang kaum terpelajar kalangan Tionghoa di Hindia Belanda. Adapun tujuan awalnya yakni ingin mereformasi adat buruk masyarakat Tionghoa melalui ajaran konfusius (agama Konghucu) sebagai tujuan pokok resinasi (mentionghoakan kembali), mendirikan sistem pendidikan modern, dan ingin mengangkat kedudukan masyarakat Tionghoa di mata masyarakat Hindia Belanda.
Seiring berjalannya waktu, PTHHK mulai memusatkan perhatiannya kepada situasi pendidikan masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda yang semakin tertinggal.
Sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan (STHHK)
Selanjutnya, tepat 17 Maret 1901, PTHHK mendirikan sekolah khusus untuk anak-anak Tionghoa. Namanya, Sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan (STHHK) di Jl. Patekoan No. 31 (kini Jl. Perniagaan, Jakarta Barat), dan menjadi sekolah swasta modern pertama anak-anak Tionghoa di Hindia Belanda.
Pasca satu tahun STHHK, ratusan sekolah Tionghoa yang mengikuti manajemen STHHK turut bermunculan di permukaan. Ini memperluas keberadaan STHHK di berbagai daerah.
Kondisi ini memicu kekhawatiran pemerintah colonial bahwa lulusan STHHK memiliki pandangan politik yang berkiblat ke Tiongkok, bukan ke Hindia Belanda. Guna mengatasi kekhawatiran tersebut pemerintah Hindia-Belanda membuka sekolah khusus anak-anak Tionghoa. Adapun namanya, Holandsch Chineesche School (HCS) pada tahun 1908 di Batavia. HCS didirikan atas pertimbangan Menteri Urusan Tanah Jajahan Belanda yang bernama D. Vock.