Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi memaknai ibadah haji sebagai ibadah istimewa. Selain karena membutuhkan usaha yang lebih besar, baik dalam waktu, kesehatan dan harta, ibadah haji selaras dengan nilai masyarakat Betawi. Itulah kenapa, ada berbagai tradisi budaya yang mengiringi ibadah haji masyarakat Betawi. Misalnya, mulai dati tradisi melepas kepergian hinggga penyambutan kepulangan haji yang semarak.
Sebelum berangkat haji ,sanak-saudara serta tetangga diundang untuk menggelar acara maulid, tahlilan, mendengarkan ceramah ibadah haji dan makan bersama. Para tamu memberikan bekal berupa uang yang dapat digunakan sebagai bekal maupun ditinggalkan untuk kebutuhan di rumah.
Keluarga atau orang-orang di kampung sudah memaafkan dan mengikhlaskan kepergiannya layaknya kepergian jenazah. Itu sebabnya orang Betawi melepas keberangkatan beribadah haji dengan ekspresi kepasrahan dan suasana yang sakral.
Tempo dulu, perjalanan ke Tanah Suci biasa dilakukan menggunakan kapal laut. Oleh karena itu dibutuhkan waktu hingga enam bulan. Tak ayal, jika kebanyakan orang Betawi menganggap perjalanan hidup dan mati. Setelah dilepas dengan pembacaan shalawat, diadzankan dan diiqomatkan, sanak keluarga hanya bisa pasrah.
Perlengkapan yang dibawa ke Tanah Suci pun tak tanggung-tanggung. Dari cobek lengkap dengan isinya, ikan gabus kering atau dendeng hingga uang receh untuk kerokan.
Tradisi khas saat berhaji dalam asyarakat Betawi lainnya yakni menitipkan pas foto kepada orang yang akan berangkat haji. Tak asal titip. Tradisi ini sekaligus memberi pesan bahwa orang dalam foto tersebut minta didoakan di Tanah Suci agar pada tahun-tahun berikutnya bisa menyusul.
Ramadani Wahyu