Bruluk, Manisan Kolang-kaling Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Bruluk, Manisan Kolang-kaling Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Senibudayabetawi.com – Orang Betawi memiliki kudapan yang unik lho. Demikian juga namanya, yakni bruluk. Warna kudapan ini sangat mencolok sehingga kerap menjadi jajanan paling diburu anak-anak Betawi saat hari Raya Lebaran tiba. Tak hanya itu, bruluk juga ada sebagai kuliner saat buka puasa Ramadhan.

Istilah bluruk mungkin sangat asing bagi kebanyakan orang. Ya, itu penamaan orang Betawi untuk menyebut kolang-kaling. Kolang-kaling bahkan banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia. Akan tetapi, bruluk memiliki warna terang yang lebih mencolok, seperti warna merah, kuning hingga hijau.

Kendati demikian, penyajian bruluk memiliki ciri khasnya tersendiri. Kudapan ini tak hanya disajikan sebagai pelengkap di dalam es campur atau kolak. Namun, bisa disajikan seperti halnya manisan yang bisa disantap langsung.

Warna Bruluk Selaras dengan Karakter Masyarakat Betawi

Menariknya, ternyata di dalam sekumpulan bruluk yang warna warni ini menyimpan symbol dan makna karakteristik bagi Masyarakat Betawi. Hal ini diungkap oleh budayawan Betawi Yahya Andi Saputra.

“Warna mencolok dari bruluk cerminan karakter masyarakat Betawi. Ini sama seperti halnya pada kuliner Betawi lain seperti selendang mayang dan cente manis yang warnanya mencolok,” ujar dia kepada Senibudayabetawi.com baru-baru ini.

Adapun baik warna merah, hijau maupun oranye yang mencolok mata berawal dari bahan-bahan tertentu seperti daun suji, air soda warna merah, hingga bahan alami seperti secang.

Selanjutnya, ia menyebut dalam pembuatannya bruluk sangatlah sederhana. Pertama, dalam pemilihan buah aren sebaiknya tak terlalu tua. Demikian saat dibuka buah arennya lebih bening.

Kolang-kaling yang berasal dari buah aren ini biasanya memiliki rasa yang asam dan berlendir. Untuk menghilangkannya, aren dicuci dengan daun bambu. Namun saat mencuci jangan sampai kolang-kaling terendam terlalu lama karena mempengaruhi warna kolang-kaling.

Selanjutnya, kolang-kaling dicuci, direndam terlebih dahulu dengan air beras. Setelah itu lanjutkan dengan merebusnya dengan daun pandan dan daun jeruk purut. Kemudian baru diberikan sirup dan gula dan diamkan hingga dingin.

Pengaruh Ekologis Betawi

Kuliner Betawi juga lekat akan sejarah ekologisnya. Misalnya, kerak telor, nasi uduk, sagon, kue akar kelape dan bruluk. Bruluk berasal dari pohon nira yang banyak ditemukan di daerah Condet, Pondok Gede dan berbagai wilayah pinggiran Jakarta.

Bruluk merupakan hasil dari pengolahan buah hasil bumi tanah Betawi. Tak hanya bruluk, Masyarakat Betawi juga memanfaatkan tuak dari pohon nira ini.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.