Senibudayabetawi.com – Permainan Ujungan dan tari Uncul dalam tradisi sedekah bumi Betawi tak lengkap rasanya tanpa pengiring musik sampyong. Ini merupakan musik rakyat Betawi pinggiran dan salah satu seni musik Betawi paling tua.
Sebagai alat musik Betawi, sampyong memiliki peranan penting dalam musik tradisi. Sebab, terlepas dari fungsinya sebagai pengiring pertunjukkan Ujungan dan tari Uncul, musik ini terbilang langka dan jarang ditemui.
Pertunjukkan Kesenian Ujungan diiringi Sampyong Tempo Dulu
Meriahnya pertunjukkan kesenian Ujungan diiringi tabuhan sampyong terlihat dalam Sejarah Sosial Kota Bekasi (2014) karya Adeng. Kesenian Ujungan merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang Jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri atas gambang dan totok (kentungan bambu).
Selain itu, terdapat dua orang bebeto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling
bergumul. Riuh rendah penonton berkeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak saat ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.
Musik Sampyong Sederhana
Diketahui musik sampyong terbilang sederhana. Berbentuk bilah kayu dan terbuat dari kayu kembang. Kulit kayunya tidak dibuang dan seluruh bambu dipotong dengan ukuran yang berbeda.
Adapun untuk potongan kayu dengan ukuran berbeda tersebut lalu diletakkan di atas dua batang bambu yang melintang. Karena terbuat dari bambu, alat musik sampyong relatif tidak dapat tahan lama.
Sifat tak bertahan lama ini juga membuat alat musik sampyong kerap kali dibuat secara dadakan atau menjelang pentas.
Menariknya juga termasuk tidak mempunyai laras. Sebab, hanya memiliki lima nada yang tak tentu. Sampyong juga tak bisa bermain sendiri. Tak ayal, saat mengiringi tari uncul, sampyong kerap dikombinasikan dengan instrumen lain seperti celempung dan kotekan.
Dalam bentuk penyajiannya sampyong digunakan sebagai iringan Tari Uncul dan permaian Ujungan. Lantas kenapa mengalami kepunahan? Sebab, pertunjukkan Ujungan biasa disajikan saat pesta panen atau sedekah bumi sementara saat ini Jakarta sudah minim lahan untuk bercocok tanam.
Ramadani Wahyu