Menilik di Balik Roti Buaya Betawi Betawi

Menilik di Balik Roti Buaya Betawi Betawi

Senibudayabetawi.com – Hadirnya roti buaya dalam upacara pernikahan adat Betawi lekat dengan lambang kesetiaan antara dua mempelai pengantin. Namun, tahukah sobat senibudayabetawi bahwa simbol buaya juga lekat dengan pemerintahan kolonial di Batavia.

Tepatnya pada tahun  1762  pemerintahan  kolonial memberikan  sebuah  hadiah  khusus untuk masyarakat yang dapat membunuh buaya. Diketahui saat itu, banyak sekali buaya dan harimau di Batavia. Hadiahnya berupa uang yang diserahkan langsung pada gubernur jenderal.

Boomgaard bahkan menyebut, jumlah uang yang diberikan pada penangkap binatang buas bervariasi bahkan hingga mencapai puluhan gulden.

Saat itu Batavia sangat mendorong VOC memikirkan cara mengatur dan memerintah kota. Tak sekadar mengurus soal pemerintahan sipil serta pengadilan, tapi VOC bahkan mengatur perburuan binatang buas yang kerap mengancam masyarakat di Batavia.

Adolf Heuken Sj dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, pada tahun 1692 ada tiga orang laki-laki baru saja tiba dari Eropa sempat menyelamatkan diri dari ancaman buaya besar. Beruntung mereka memanjat tiang gantungan dekat kali.

Bahkan, dalam catatan harian Kastil Batavia disebutkan bahwa pada 1640-an dalam sebulan sekali pasti ada mayat harimau di lapangan kastil.

Sejarawan Hendrik E. Niemeijer menyebut Kepala Dewan Peradilan Joan Maetsuycker memutuskan bahwa pada 1644 memimpin perburuan besar-besaran. Dia mengerahkan 800 orang, terdiri dari 20 penunggang kuda, 100 serdadu dan 50 budak dan selebihnya orang Belanda, orang Tionghoa, Banda dan Jawa.

Refleksi Bentuk Buaya

Bentuk buaya yang menjadi simbol yang direfleksikan dalam bentuk ataupun ornamen roti berlatar belakang buaya yang hadir dalam kehidupan masyarakat Betawi.

Muasal pemaknaan dan arti buaya tak lain karena masyarakat Betawi telah familiar dan menjadikan buaya sebagai binatang yang sangat setia.

Roti  buaya  yang  dipakai  pada  saat  melakukan  perkawinan  adat  Betawi  merupakan fenomena yang cukup menarik. Tak hanya itu, simbol roti buaya  telah  dipercaya  akan  makna  dan  harapan  yang  baik-baik  kepada  Tuhan.

Roti buaya selalu ada dalam seserahan adat pernikahan Betawi. Seserahan  yang  diberikan  oleh  calon  suami  adalah roti  buaya,  serta tidak lupa juga memberikan mahar berupa baju batik, perhiasan, kebaya, sandal, alat kecantikan, tas dan tidakjarang alat rumah tangga.

Bisa dibilang roti buaya bisa dikatakan wajib untuk dibawa dalam acara pernikahan adat Betawi, karena roti buaya dipercaya memiliki makna dan nilai-nilai luhur bagi pengantin.

Sifat Buaya

Buaya  hingga saat  ini  telah  dipercaya  secara  turun  temurun  akan  kesetiaanya terhadap pasanganya. Diketahui bahwa hewan ini hanya  menikah  satu  kali  seumur  hidupnya. 

Sifat  serta  karakteristik buaya  yang  baik  inilah  sehingga  dipercaya  sebagai  masyarakat  dengan  suku  Betawi  yang kemudian dijadikan sebuah simbol kesetiaan.

Budaya  pernikahan  dalam  suku  Betawi  juga  mengikuti  ajaran-ajaran  islam.  Prosesi  pernikahan Betawi  memiliki  tahapan  pernikahan  yang  sama  pada  umumnya,mulai  dari  acara  lamaran, seserahan, sampai pada tahap terakhiryaitu pernikahan.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.