Menyibak Sakralnya Tradisi Bersholawat Nabi Masyarakat Betawi

Menyibak Sakralnya Tradisi Bersholawat Nabi Masyarakat Betawi

Senibudayabetawi.com – Bagi masyarakat Betawi, bersholawat Nabi tak sekadar ungkapan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SWA. Namun lebih luas lagi yakni menjadi bagian tradisi lisan penyangga kebudayaan Betawi. Seperti halnya bahasa, tradisi bersholawat Nabi memberikan ciri bahwa masih adanya masyarakat Betawi yang tinggal di Jakarta.

Jamak diketahui bahwa tradisi bersholawat merupakan salah satu bentuk kuatnya pengaruh Islam dalam masyarakat Betawi. Diperkirakan tradisi ini sudah lama berlangsung, seiring dengan masuknya agama Islam ke wilayah Jakarta pada abad ke-14.

Dalam Jakarta Punya Cara,  Zeffry Alkatiri juga menyebut sholawat juga merupakan tradisi bangsa Arab dalam memuliakan dan mengingat para pendahulu mereka dalam berbagai syair.

Tradisi Bersholawat Nabi Harus Berurutan

Dalam tradisinya, pembacaan sholawat harus berurutan dan tak boleh asal acak. Demikian dalam pembacaan suatu sholawat yang panjang, urutannya harus benar adanya. Pembacaannya dapat mengikuti irama seperti yang ditutukan oleh pembaca sebelumnya atau bisa juga dikembangkan.

Masyarakat Betawi mengenal berbagai jenis sholawat sesuai dengan fungsinya. Berikut ini berbagai jenis sholawat.

 (1). Sholawat Dustur yang dibaca saat keperluan pindah rumah, pergi haji, mengarak pengantin, bermukim di pesantren hingga memulai suatu taklim.

(2). Sholawat Al Burdah, dibaca saat memulai pengajian

(3). Sholawat Al Barzanji Natsar dibaca sebagai nyanyian saat acara nujuh bulanan (nujuh bulanin), saat katam Al-Quran, upacara peringatan daur hidup, hari-hari besar Islam seperti Maulid dan Isra Miraj

(4). Sholawat Nariyah, dibaca sebagai pengobatan, baik saat akan meramu obat maupun untuk mengobati penyakit, dibaca saat akan berlayar, baik dalam perdagangan, menangkap ikan hingga menuntut ilmu

(5). Sholawat Thalaal Badru Alaina, sholawat yang dibaca sebagai nyanyian sewaktu diadakan perayaan hari besar Islam dan dibaca sebelum latihan silat. Juga dibacakan untuk menyambut kemenangan. Intinya yakni sholawat ini untuk memberikan semangat.

(6). Sholawat Badriyah, dibaca serupa nyanyian pada tiap acara keagamaan, khususnya untuk mengabarkan Jemaah agar segera datang ke pertemuan

(7). Sholawat Ibrahimiyah, dibaca saat akan sholat Magrib, Subuh dan Jumat

(8). Sholawat As Salam Alaika (Sholawat Pembuka) yang dibaca saat menunggu tamu pada acara tertentu diiringi rebana atau marawis.

(9). Sholawat Siru Abunawas, sholawat yang terkenal di masyarakat Betawi dan senantiasa dibacakan dalam berbagai acara.

(10). Sholawat Busro Lama, dibacakan oleh kaum ibu pada setiap majelis taklim khususnya di kawasan Bukit Duri, Tebet, dan Kampung Melayu.

(11). Sholawat Khairul Bariyah merupakan sholawat khas kaum ibu pada majelis taklim di kawasan Jakarta Timur (Klender, Cipinang, Duren Sawit. Selanjutnya, Jatinegara Kaum, dan Pulo Gadung).

(12). SHolawat Badar, sholawat yang sering dibaca khususnya oleh remaja lelaki atau pemuda yang menjadi murid perguruan silat

(13). Sholawat Marhaban Ya Sahrul Ramadhon, sholawat yang dibaca menjelang bulan suci Ramadhan atau saat puasa

(14). Sholawat Ya Robana Atarofna, sholawat yang dibaca setelah selesai majelis taklim khusus kaum lelaki. Di samping itu masih ada sholawat pendek yang biasa dibaca setelah sholat Magrib atau Isya yang diucapkan sembari berdiri dan bersalam-salaman.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.