Memaknai Upacara Tradisi Kekeba Betawi

Memaknai Upacara Tradisi Kekeba Betawi

Senibudayabetawi.com – Kehamilan merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh pasangan suami istri. Agar masa kehamilan selalu diberikan kesehatan dan keselamatan, masyarakat Betawi kerap kali melakukan upacara tradisi. Salah satunya yaitu upacara tradisi kekeba.

Kekeba merupakan istilah yang memiliki arti kekeb, keben, keben sb bèsèk (anyaman dari bambu untuk tempat sesuatu); kekemben yang berarti berkain hingga ke dada dan tak memakai baju.

Dalam upacara ini, ibu hamil mendapatkan dukungan sosial berupa bentuk doa dari masyarakat di sekitarnya agar selamat.

Secara kultural, kata kekeba merujuk pada penggunaan kemban yakni salah satu pakaian yang dikenakan ibu yang tengah melaksanakan acara selamatan.

Tak hanya itu, kemban menyimbolkan bahwa ibu dan anak yang tengah dikandung senantiasa dijaga dengan penjagaan yang optimal. Tujuannya agar anak terhindar dari marabahaya hingga proses bersalin.

Angka Tujuh pada Nujuh Bulanin

Menariknya, angka tujuh pada istilah nujuh bulanin di sini kerap kali dikaitkan pula dengan prosesi acara ini. Misalnya, rujak dari buah tujuh rupa, kembang harus tujuh rupa, kemudian dimandiin dari sumur tujuh rumah.

Di Betawi Tengah, ada perbedaan penyebutan dalam prosesi ini. Masyarakat Betawi Tengah biasa menyebutnya dengan istilah nuju bulanin. Secara makna kultural, kekeba dengan nuju bulanin yaitu sama. Nuju bulanin terdiri atas dua kata yakni nuju’ dan bulan.

Prosesi ini dihadiri oleh pihak keluarga besar, kerabat, tetangga, ustadzah, dan paraji (dukun beranak). Adapun untuk prosesinya yaitu disiapkan segelas air putih dan tujuh rupa bunga-bungaan serta siap untuk dibacakan doa. Setelah itu, air putih tersebut diberikan pada ibu yang sedang mengandung agar diminum. Sedangkan air kembangnya dipakai untuk mandi.

Tak hanya itu, prosesi ini juga memiliki rangkaian acara doa bersama-sama membaca Al-Quran, Surat Maryam, dan Surat Yusuf.

Alasan di balik pembacaan surat-surat tersebut karena pihak keluarga berharap anak yang kini di kandungan saat lahir di dunia akan memiliki sikap baik seperti Nabi Yusuf jika anak itu laki-laki. Selain itu, diharapkan juga menjaga kesuciannya seperti ibu Nabi Isa AS, yaitu Bunda Maryam.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.