Senibudayabetawi.com – Kawasan Condet yang dilintasi Kali Ciliwung akrab bagi anak-anak Betawi tempo dulu. Bagaimana tidak, kerekatan dengan alam, kejernihan sungainya membuat Kali Ciliwung menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Bahkan anak-anak Condet kerap bermain di Kali Ciliwung ini.
Silem-sileman. Begitulah nama permainan khas yang sempat populer di aliran sungai ini. Sekilas, permainan ini tampak berbahaya karena terkait dengan bagaimana cara untuk menenggelamkan tubuh pemain lain di kali. Namun, sejatinya permainan silem-sileman ini cukup mengasyikkan.
Permainan silem-sileman merupakan usaha untuk menenggelamkan tubuh pemain lain kemudian berenang sembari menyelam.
Adapun para pesertanya yaitu anak-anak berusia belasan tahun. Menariknya, para pemain sama sekali tidak menggunakan peralatan, kecuali arena bermain berupa sungai.
Cara Bermain Silem-sileman
Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu dilakukan undian untuk menentukan pemain jaga dan pemain yang dikejar. Setelah undian, pemain jaga berusaha mendekat pada pemain lainnya.
Sementara pemain yang dikejar berusaha menjauh dengan menyelam untuk mengelabuhi penjaga. Sebaliknya penjaga berusaha menyergap dengan menyelam pula. Jika salah seorang pemain berhasil disentuh di permukaan air maka terjadi pergantian sebagai penjaga. Demikian seterusnya hingga para pemain semua kelelahan.
Kali Ciliwung, Tempat Bergantung Masyarakat Betawi Tempo Dulu
Melansir dari dispusip.jakarta.go.id, sungai Ciliwung diartikan masyarakat lokal sebagai sungai yang berbelok-belok dengan tepiannya yang tertimbun lumpur. Sekitar tahun 1730 hingga 1750, Pemerintah Hindia Belanda berusaha membersihkannya karena menyebabkan kota Batavia berjuluk Kuburan di Timur.
Dilansir dari www.ui.ac.id, Kali Ciliwung tempo dulu menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Jakarta dan menjadi habitat berbagai jenis ikan. Namun sekarang tercemar oleh limbah hasil pembuangan sampah masyarakat sehingga menyebabkan aliran airnya tersumbat.
Ramadani Wahyu