Di Balik Berkah Nasi Berkat Khas Betawi

Di Balik Berkah Nasi Berkat Khas Betawi

Senibudayabetawi.com – Orang Betawi zaman dulu bila mengadakan acara syukuran, tahlilan, maulid dan sejenisnya selalu menyajikan nasi berkat. Dibungkus daun jati atau teratai, nasi berkat dilengkapi dengan berbagai lauk pauk khas Betawi.

Sajian menu kuliner khas Betawi di hari-hari istimewa seperti Lebaran dan syukuran kini menjadi menu tradisional yang dinanti. Tak terkecuali nasi berkat khas Betawi yang kini mulai jarang ditemukan.

Ciri khas nasi berkat tak lepas dari bungkus daun jati hingga daun teratai. Sementara untuk lauk pauknya terdiri atas semur, pesmol bandeng, gulai buncis, serundeng dan perkedel.

Menariknya, dalam membungkus nasi berkat juga menggunakan bongsang atau sandang.

Adapun bongsang merupakan wadah yang digunakan untuk memasukkan telur atau nasi berkat yang telah dibungkus dengan memakai daun jati atau daun teratai dalam tradisi Betawi.

Nasi Berkat Betawi Khas Betawi

Nasi berkat khas Betawi sesuai dengan namanya berarti mendapatkan berkah atau oleh-oleh sebagai tanda terima kasih Sohibul hajat. 

Tak seperti tempo dulu yang memakai dedaunan sebagai pembungkus, kini bungkusan nasi berkat cukup dengan daun pisang atau boks karton dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Mengacu pada atlas kuliner Nusantara, Sego berkat telah lestari selama berabad-abad dan memiliki makna penting dalam kehidupan masyarakat. 

Dalam Kamus Bausastra Jawa (1939), Anggitan Poerwadarminta menyebut etimologi “berkat” sebagai Sega salawuhane kang diwehnehake marang wong-wong kang padha melu slametan (nasi berikut lauknya diberikan kepada orang-orang yang mengikuti upacara selamatan). 

Bakker dalam pustaka Giri Sonta Course for Javanese (1964) mengutarakan “berkat” merupakan food taken by the guests (of the ‘slametan’). Dalam Javanese-English Dict, “berkat” dimaknai sebagai food, blessed by a religious official, taken home from a ritual ceremony by the guests after they have eaten a portion of it.

Proyek agung islamisasi di tkatah Jawa tidak menyingkirkan sega berkat, justru 

Sekitar tahun 1950-an masih ada orang yang menjual nasi berkat di Betawi. Namun, lambat laun eksistensi nasi berkat mulai jarang ditemukan di Betawi.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.