Senibudayabetawi.com – Tradisi ngelancong hanya dimiliki dan menjadi tradisi khas masyarakat Betawi. Ngelancong merupakan kunjungan seorang pemuda ke rumah gadis pujaan atau kekasihnya untuk mengenal lebih jauh sebelum pernikahan.
Tradisi ini sudah sangat jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari saat ini dan dilakukan tempo dulu.Tak ayal jika banyak orang pendatang yang ada di Jakarta pun tak mengenal tradisi ngelancong ini.
Acara ngelancong ini dilakukan bila seorang pemuda mulai tertarik pada seorang gadis lalu pemuda tersebut berkunjung ke rumah si gadis dengan membawa oleh-oleh untuk keluarga di gadis.
Dia akan diterima oleh ayah di gadis sedangkan dia berada di dalam rumah. Si pemuda akan tetap tinggal di rumah itu hingga subug karena ia akan disuruh tidur di atas bale-bale yang terletak di bawah jendela yang telah tersedia tikar dan bantal.
Tradisi Ngelancong Tetap Berbincang dan Memadu Janji
Menariknya, dalam tradisi ngelancong, di balik dinding antara beranda dan kamar kedua remaja tersebut pemisah yang memungkinkan mereka tetap berbincang sembari memadu janji. Acara ngelancong ini berlangsung setiap malam, bahkan ada yang sampai dua bulan.
Nah, bila sudah dianggap cukup maka ayah si gadis akan meminta agar anak gadisnya segera dilamar. Si pemuda akan menyampaikan maksudnya kepada ayahnya dan melamar si gadis dengan perantara Mak Comblang.
Kontribusi Mak Comblang untuk Memuluskan Tradisi Ngelancong
Mak Comblang merupakan orang yang dipercaya sebagai perantara dari pemuda untuk melobi orang tua si gadis. Mak Comblang bertugas mencari calon mantu atau istilah Betawinya none calon mantu.
Jika calon telah ditemukan, si jejaka akan diajak musyawarah untuk berumah tangga sevum keterlanjuran disebut jejake tue atau bujang lapuk.
Banyak trik untuk menampilkan anak gadis ke hadapan mak comblang, misalnya mengeluarkan pengetehan. Setelah si gadis masuk, biasanya orangtuanya bercerita panjang lebar trntang kelebihan dan krbaikan anak gadisnya dengan bahasa kiasan yang menarik.
Mak Comblang yang bertugas biasanya dibekali syarat dari pesan sponsor dalam mencari mantu. Misalnya taat dalam beribadah dan mampu untuk mengurus rumah tangga.
Pada masyarakat Betawi, untuk sampai pada tahap berume-rume (berkeluarga) dikenal dengan istilah ngedelengin yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan misi dan visi antara seorang lelaki.
Ramadani Wahyu