Memaknai Tradisi dalam Pembangunan Rumah Betawi

Memaknai Tradisi dalam Pembangunan Rumah Betawi

Senibudayabetawi.com – Tradisi pembangunan rumah masyarakat Betawi tak hanya berhenti pada pemilihan hari baik untuk membangun rumah. Lebih dari itu, pembangunan rumah dipastikan tanpa melewati serangkaian tradisi lain, seperti merowahan hingga baturan. Mereka percaya serangkaian tradisi ini sebagai bentuk pengharapan agar proses pembangunan berjalan lancar.

Setelah mendapatkan hari baik membangun rumah, orang Betawi menggelar acara tahlilan. Atau orang Betawi biasa menyebutnya dengan merowahan. Dalam merowahan, masyarakat berdoa memohon pada Tuhan Yang Maha Esa agar proses pembangunan rumah berjalan lancar.

Tak lupa, para tetangga diundang dalam acara ini dan memohon para tetangga untuk mau secara sukarela membantu proses pembangunan, seperti. Misalnya, mulai dari kegiatan menebang pohon atau meratakan tanah. Orang Betawi menyebut kegiatan ini dengan baturan. Sementara bantuan tetangga ini disebut juga dengan Nyambat atau Sambatan.

Kegiatan Baturan

Dalam kegiatan baturan, orang Betawi memiliki tradisi tersendiri, yaitu meletakkan lima bata garam. Adapun satu bata garam diletakkan ditengah-tengah dan empat lainnya diletakkan di pojok tanah.

Orang Betawi percaya dengan car aini maka lahan bebas dari mahluk halus atau gaib, yang bisa saja mengganggu proses pembangunan rumah.

Setelah itu sebelum tiang guru atau tiang-tiang utama penopang bangunan didirikan. Di atas umpak batu (alas tiang guru) diletakkanlah pula uang ringgit, uang perak atau uang gobangan (uang logam sebagai alat tukar tempo dulu sebelum mata uang sen). Adapun tujuannya yaitu agar si pemilik rumah hidup tenteram dan selalu punya uang.

Setelah itu, pemasangan kaso di bagian atas rumah. Namun, sebelum dipasang, orang Betawi memiliki tradisi selamatan bubur merah dan bubur putih. Ini juga dilakukan sebagai syarat.

Bubur-bubur tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang dan diletakkan di atas tiap-tiap tiang guru. Tujuan sesajen ini tak lain untuk mencegah masuknya makhluk ghaibagar tidak mengganggu atau bahkan menghuni rumah yang sudah dibangun.

Prosesi terakhir, tepatnya malam sebelum rumah selesai pemilik rumah tidak diperbolehkan tidur. Tujuannya yaitu demi keamanan bagi keluarga pemilik rumah.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.