Menelusuri Jejak Sejarah Tradisi Pernikahan Adat Betawi

Menelusuri Jejak Sejarah Tradisi Pernikahan Adat Betawi

Senibudayabetawi.comPernikahan adat Betawi, dengan segala keunikan dan kekayaan budayanya, merekam jejak sejarah panjang etnis Betawi di Ibukota Jakarta. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual perkawinan, tetapi juga cerminan akulturasi budaya, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.

Upacara pernikahan dalam masyarakat Betawi merupakan salah satu upacara yang sangat penting menyangkut siklus kehidupan manusia. Ini terkait dengan daur kehidupan, seperti khitanan atau pernikahan yang dalam perayaannya bersifat sederhana maka disebut sedekahan. Tapi jika dilakukan dalam skala besar maka disebut hajatan besar.

Terdapat beberapa tahapan dalam upacara pernikahan Betawi yaitu tahapan pranikah yang biasanya diawali dengan melamar, tunangan, menemukan hari perkawinan, hingga menyerahkan uang sembah dan seserahan. Tahap kedua yaitu acara inti pernikahan seperti akad nikah atau ngerudat lalu tahap selanjutnya yaitu upacara penutu yang dimulai dengan adat ngarak penganten, buka palang pintu dan menyerahkan uang penegor serta pesta.

Akar Tradisi: Perpaduan Budaya dan Pengaruh

Sejarah pernikahan adat Betawi tak lepas dari perpaduan budaya yang mewarnai kehidupan masyarakat Betawi. Dimulai dari interaksi antara penduduk asli Priangan, Sunda, dan Jawa dengan para pendatang dari berbagai wilayah, seperti Melayu, Arab, Tionghoa, dan Portugis. Perpaduan ini melahirkan tradisi pernikahan yang unik dan kaya makna, mencerminkan keberagaman budaya yang menjadi fondasi etnis Betawi.

Pengaruh budaya Islam pun kental terasa dalam tradisi pernikahan Betawi. Hal ini terlihat dari penggunaan busana pengantin Betawi yang terinspirasi dari budaya Islam, seperti baju kurung dan kebaya. Upacara pernikahan pun diwarnai dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa yang sarat makna spiritual.

Tradisi yang Kaya Makna: Simbolisme dan Kearifan Lokal

Setiap tahapan dalam pernikahan adat Betawi sarat dengan makna simbolis dan kearifan lokal. Dimulai dari prosesi palang pintu, dimana calon pengantin pria harus melewati berbagai rintangan untuk membuktikan keseriusan dan cintanya kepada sang wanita. Tradisi ini melambangkan perjuangan dalam kehidupan berumah tangga.

Kemudian, ada prosesi akad nikah, yang merupakan inti dari pernikahan. Upacara ini dipimpin oleh penghulu dan diikuti dengan pembacaan ijab kabul. Prosesi ini melambangkan kesucian dan keabsahan pernikahan di mata agama.

Tak ketinggalan, prosesi serah-serahan dan penyerahan maskawin pun sarat makna. Serah-serahan merupakan simbol rasa hormat dan tanggung jawab calon suami kepada calon istri dan keluarganya. Maskawin, yang biasanya berupa barang berharga, melambangkan komitmen dan keseriusan calon suami untuk menafkahi keluarganya.

Menjaga Tradisi di Era Modern: Tantangan dan Pelestarian

Di era modernisasi ini, menjaga tradisi pernikahan adat Betawi menjadi sebuah tantangan tersendiri. Globalisasi dan pengaruh budaya luar dapat menggerus nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi tersebut.

Namun, upaya pelestarian terus dilakukan. Berbagai komunitas dan organisasi budaya Betawi aktif dalam menggelar pertunjukan pernikahan adat, edukasi kepada generasi muda, dan mendorong penggunaan busana serta dekorasi khas Betawi dalam pernikahan modern.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.