Menilik Filosofi Terubuk dalam Sayur Besan Khas Betawi

Menilik Filosofi Terubuk dalam Sayur Besan Khas Betawi

Senibudayabetawi.com – Ada filosofi yang unik di balik bahan utama dari sayur besan, yaitu terubuk. Jika terubuk dibuka maka akan terlihat kumpulan seperti telur ikan yang menggambarkan persatuan orang-orang yang berkumpul rukun karena ikatan pernikahan.

Sayur besan tercatat sebagai warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor registrasi 201400123 pada tahun 2014. Data tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 270/P/2014 tentang Warisan Budaya tak benda.

Secara sekilas, sayur besan hampir mirip dengan beberapa makanan Betawi lain seperti lontong sayur. Namun, lontong sayur tak akan menjadi sayur besan kecuali  memiliki terubuk di dalamnya. Cita rasa sayur besan jauh berbeda dengan sayur sambal godog.

Sayur besan biasa dihidangkan oleh masyarakat Betawi pada saat acara lamaran dan atau akad nikah. Ini sekaligus melambangkan penghargaan kepada sang besan yaitu orang tua dari masing-masing pengantin sehingga menjadikan sayur ini bernama sayur besan beserta keistimewaannya.

Isi Sayur Besan

Adapun bahan dan isi dari sayur ini terdiri dari ebi, kentang, soun, lalu dilengkapi dengan petai. Sedangkan kuah santannya semakin menambah rasa gurih pada sayur tersebut. Selain itu, ada bahan yang wajib ada dalam sajian sayur ini, yaitu terubuk atau telur tebu yang merupakan tanaman musiman.

Karena semakin sulit menemukan terubuk, sayur besan ini juga semakin langka untuk ditemukan. Dalam Potensi Sayur Besan sebagai Daya Tarik Wisata Warisan Gastronomi Betawi di DKI Jakarta, ada filosofi yang unik di balik bahan utama dari sayur besan, yaitu terubuk.

Jika terubuk dibuka maka akan terlihat kumpulan seperti telur ikan. Butiran ini menggambarkan orang-orang yang berkumpul dalam satu wadah dan bersatu secara rukun karena ikatan pernikahan.

Sayur Besan sebagai Bagian Pernikahan Adat Betawi

Dalam perkembangannya, sayur besan dijadikan bagian dari pernikahan masarakat Betawi. Sayur ini kerap kali dijadikan sebagai hantaran dari orang tua calon mempelai wanita kepada orang tua calon mempelai pria. Nah, sebagai balasan hantaran prosesi ini dinamakan dengan tande putus.

Adapun dalam tande putus ini, sekaligus memberikan simbol dari calon mempelai wanita bahwa pihak calon mempelai wanita telah siap menerima segala konsekuensi untuk menerima pihak calon mempelai laki-laki.

Sementara dari pihak calon mempelai laki-laki sendiri, sayur besan dan hantaran lainnya dibagikan kepada keluarga, saudara, dan tetangga sebagai bentuk undangan. Mereka diharapkan datang ke kediaman calon mempelai wanita untuk selanjutnya melakukan akad nikah atau ijab qobul.

Menariknya, penamaan sayur besan ini karena kerap kali dihadirkan saat ritus pernikahan masyarakat Betawi. Adapun istilah besan merujuk pada sebutan orang tua dari kedua calon mempelai.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.