Senibudayabetawi.com – Datangnya bulan Muharram atau Syuro banyak disambut dengan berbagai tradisi. Jika orang Jawa tempo dulu memperingati Malam 1 Syuro dengan berbagai upacara ritual maka orang Betawi juga punya caranya tersendiri. Apa saja peringatan tradisi Muharram pada orang Betawi tempo dulu?
Budaya Betawi lekat dengan pengaruh Islam. Kuatnya pengaruh Islam dan sentimen anti Barat pada pertengahan abad ke-19 terlihat dalam perkembangan dakwah Islam yang pesat seiring munculnya sejumlah ulama terkemuka di kalangan orang Selam. Mereka adalah para ulama yang dididik di masjid-masjid Batavia, lalu menuntut ilmu lanjutan di tanah suci.
Para ulama tersebut merupakan kelompok terdidik yang secara perorangan maupun kolektif memiliki kemampuan mengembangkan solidaritas di kalangan masyarakat Betawi.
Bersamaan waktunya dengan pertumbuhan kelompok etnis baru yang menamakan diri mereka orang Selam itu, perkembangan penyiaran Islam semakin intensif. Ini terlihat dari jangkauan wilayah dakwah para ulama itu, keberhasilan anak didik mereka menjadi juru dakwah di daerah mereka sendiri, serta penyediaan bahan bacaan keagamaan dalam tulisan Arab Melayu.
Orang Betawi tempo dulu adalah orang yang sangat kental dengan agama Islam. Oleh karena itu, banyak upacara atau acara yang dilakukan berkaitan dengan tanggal-tanggal atau bulan-bulan tertentu, di antaranya :
Membuat Bubur Merah Dan Bubur Putih
Orang Betawi tempo dulu pada 1 syuro yang merupakan tahun baru hijriah biasa membuat bubur merah dan bubur putih. Memang tidak semua rumah membuatnya, tetapi dalam satu kelompok ada satu rumah yang membuatnya.
Bubur itu bukan disajikan di dalam piring atau mangkuk, melainkan disajikan dalam takir (wadah seperti mangkuk yang dibuat dari daun pisang). Untuk penyerokannya juga bukan dengan sendok biasa melainkan dibuat dari daun nanas yang dipotong dengan panjang kira-kira 10 sentimeter.
Ngusap Anak Yatim
Acara ini diadakan pada 10 bulan syuro (Muharram), yang dimulai dengan melakukan puasa sunnah 9 Muharram, diteruskan puasa tanggal 10 Muharram sambil “berlebaran”. Tanggal 10 Muharram itu oleh orang-orang Betawi dulu disebut sebagai lebarannya anak yatim.
Orang-orang Betawi yang tergolong mampu pada hari itu mencari dan mendatangi anak-anak yatim , lalu mengusap kepala anak itu, serta memberi uang dalam jumlah tertentu. Kegiatan ini sekarang pun masih ada. Namun, tampaknya sekarang banyak di koordinasi oleh pengurus masjid atau pengurus majlis ta’lim.
Ramadani Wahyu