Senibudayabetawi.com – Tari Lenggok Gonjreng, salah satu warisan budaya Betawi yang mencuri perhatian. Dalam balutan kostum warna warni cerah dan gambang kromong khas Betawi tarian ini sarat akan makna filosofi yang mendalam.
Diketahui tari kreasi ini yang turut menambah khasanah tari Betawi yang ada. Berbeda halnya dengan tari klasik tradisi, seperti Lengggang Nyai yang memiliki pakem tersendiri, tari Lenggok Gonjreng membangun kebebasan penuh dalam berkreasi dan berekspresi.
Mulanya, tari kreasi Lenggok Gonjreng merupakan pengembangan dari tari rakyat klasik. Itu artinya, tarian ini juga terpengaruh dari dari daerah lain.
Pertama, pengaruh Tionghoa kental terlihat pada penggunaan alat musik seperti gambang kromong yang merupakan adaptasi dari alat musik Tionghoa. Bunyi-bunyian yang dinamis dan ceria dari gambang kromong sangat khas dalam mengiringi tarian ini. Termasuk penggunaan kostum tari Lenggok Gonjreng seperti ragam hiasan kepala bersentuhan dengan ornamen Tionghoa.
Gerak dalam tarian Lenggok Gonjreng yang didominasi gerakan tangan dan tubuh bagian atas memiliki kemiripan dengan tarian Timur Tengah. Tak hanya itu, gerakan lenggok yang lembut mempunyai kesamaan dengan tari daerah Jawa dan Sumatera.
Ciri khas tari Lenggok Gonjreng yaitu lebih bernuansa centil, energik, dan semarak. Tarian ini biasa digunakan untuk beragam acara, seperti acara penyambutan tamu atau sekadar dipentaskan untuk hiburan.
Makna Filosofi
Setiap gerakan dalam Tari Lenggok Gonjreng memiliki makna filosofis yang mendalam. Misalnya, gerakan lenggok yang lembut menggambarkan kelembutan hati seorang wanita Betawi. Sementara itu, gerakan gonjreng yang energik melambangkan semangat juang dan kegembiraan.
Meskipun demikian, Tari Lenggok Gonjreng masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari tarian tradisional. Selain itu, perkembangan zaman dan pengaruh budaya asing juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan tari ini.
Ramadani Wahyu