Senibudayabetawi.com – Jauh sebelum seperti saat ini motif batik Betawi Tempo kerap dianggap sakral dan memiliki nilai filosofi tersendiri. Pembangunan industri batik di Betawi tumbuh seiring keinginan pengusaha batik Tionghoa menjawab kebutuhan pasar sehingga mendatangkan pengrajin dari kota batik Pekalongan maupun Solo.
Tempo dulu batik Betawi menjadi pakaian sehari-hari perempuan Betawi, khususnya saat pergi ke pasar, pelesiran, hajatan, hingga mengaji. Sentra industri batik pun tumbuh di berbagai kawasan seperti Bendungan Hilir, Karet Tengsin, Kebon Kacang, dan Palmerah. Berawal dari sini motif batik Betawi lahir, yang mengikuti dan mengadaptasi beragam motif batik pesisiran yang popular.
Dilansir Indonesia Kaya, salah satu motif batik yang identik dengan batik Betawi yaitu pucuk rebung, motif khas batik pesisir yang digambarkan dengan pucuk batang bambu. Motif ini merupakan adaptasi dari songket Melayu dan tumpal pada batik Lasem.
Lebih dari sekadar motif batik biasa, tapi masyarakat Betawi memaknai motif pucuk rebung dengan sakral. Nilai filosofisnya yakni melambangkan keseimbangan hidup: bahwa antara manusia, alam sekitarnya, dan Sang Maha Pencipta saling bersinergi.
Tak hanya motif pucuk rebung, motif lain seperti tumpal juga dianggap ikonik. Motif batik tumpal berbentuk unik, yakni berupa geometris segitiga yang memagari bagian kepala dan badan kain. Tumpal sebagai motif merupakan pengembangan dari bentuk cagak yang menjadi bagian dari ragam hias pada leher periuk tanah. Ragam hias ini sudah ada sejak zaman neolitikum.
Bentuk cagak maupun tumpal sebenarnya bentuk lain dari gunung. Nenek moyang orang Betawi menganggap gunung mempunyai kekuatan. Jadi bentuk cagak dan tumpal mempunyai arti kekuatan sekaligus penolak bala.
Motif Batik Betawi Pertengahan Abad ke-20
Motif batik berkembang memasuki pertengahan abad ke-20 seiring kemunculan kreasi baru batik Betawi yang selaras dengan perkembangan zaman. Ini terlihat dari ragam motif batik Betawi, mulai dari Sungai Ciliwung, nusa kelapa, rasamala, salakanegara, dan ondel-ondel dengan asal-usul dan filosofi masing-masing.
Batik Betawi motif nusa kelapa misalnya yang mengambil ide dari peta Ceila buatan Pangeran Panembong masa Prabu Siliwangi (1482-1521). Adapun di dalamnya menunjukkan nenek moyang orang Betawi menyebut kampung halaman mereka sebagai Nusa Kelapa.
Motif lain yaitu batik Betawi motif rosamala yang menggambarkan alam Sunda Kelapa (nama lama Jakarta) yang berupa hutan belantara dan ditumbuhi pepohonan rasamala. Pepohonan rasamala merupakan sebutan untuk pohon jati yang kulit kayunya wangi.
Sementara batik Betawi motif salakanegara menggambarkan kerajaan pertama di Tanah Betawi yang didirikan oleh Aki Tirem pada 130M dengan kepercayaannya kekuatan Gunung Salak. Motif batik Betawi selanjutnya yaitu mengangkat ondel-ondel yang dapat menolak bala dan motif Sungai Ciliwung yang berakar dari kehidupan masyarakat yang hidup di pinggiran Sungai Ciliwung.
Ramadani Wahyu