Senibudayabetawi.com – Gabus Pucung masih menjadi salah satu kuliner khas Betawi populer meski sudah jarang ditemukan. Hidangan yang kaya akan rempah dan memiliki kuah berwarna hitam pekat ini sangat khas.
Salah satu kunci kelezatan gabus pucung terletak pada penggunaan ikan gabus sebagai bahan utamanya. Di balik popularitasnya tentu sobat senibudayabetawi.com bertanya-tanya apa yang membuat ikan gabus istimewa sehingga menjadi bahan utama dalam hidangan ini?
Ikan Gabus di Betawi
Kebergantungan historis masyarakat Betawi terhadap ikan gabus ditelusuri kembali ke era kolonial Belanda. Tepatnya saat ikan ini melimpah di kolam, sungai, dan lahan basah di Jakarta.
Ikan gabus dipilih juga atas dasar pertimbangan bahwa jenis ikan ini lebih murah dibandingkan dengan ikan mas dan nila. Namun, sejatinya ikan gabus juga mengalami dinamika populasi. Jika tempo dulu populasinya masih banyak seiring banyaknya sungai, lahan basah dan kolam di Betawi, saat ini habitat ikan gabus menghadapi tantangan.
Perubahan lingkungan dan urbanisasi berdampak besar terhadap ketersediaan ikan ini. Akibatnya, kelangkaan pedagang yang menjual gabus pucung di Jakarta turut berkontribusi pada semakin memudarnya hidangan tradisional ini dari lanskap kuliner kota.
Gabus pucung yang terkenal dengan karakternya yang kaya dan gurih memanifestasikan esensi sejarah kuliner Betawi. Buah pucung menambahkan rasa khas dan agak manis pada kuahnya, menyeimbangkan rasa dari kombinasi hangat bawang putih, bawang merah, kemiri, cabai merah, lengkuas, kunyit, dan terasi.
Percampuran kompleksnya rempah-rempah ini tidak hanya menjadi bagian tradisi kuliner dapur Indonesia, tetapi juga membuat gabus pucung menjadi sajian kuliner yang luar biasa dalam rasa.
Gabus Pucung Simpan Akar Budaya Betawi
Dalam Menjelajahi Warisan Kuliner Betawi: Sekilas Masakan Tradisional Gabus Pucung (2024), gabus pucung menyimpan akar budaya yang kuat. Ini terlihat dalam upacara mangkeng dan tradisi nyorok. Diketahui upacara mangkeng merupakan ritual penting pra-pernikahan yang di dalamnya memuat seluk beluk budaya tradisi perkawinan Betawi.
Kuliner bercita rasa sedap dalam upacara ini memiliki makna simbolis yang bertujuan untuk menanamkan ketangkasan ikan gabus kepada pasangan yang akan segera menikah. Simbolisme ini meluas pada kemampuan pasangan untuk menavigasi dan mengapresiasi rejeki dalam perjalanan menciptakan sebuah keluarga.
Kuliner langka ini juga memainkan peran penting dalam tradisi nyorog, keluarga saling bertukar hadiah untuk merayakan masuknya bulan suci Ramadan. Persembahan kuliner ini menjadi wujud nyata niat baik, melambangkan dimulainya masa refleksi dan hubungan spiritual.
Ramadani Wahyu
[…] – Sejak tempo dulu masyarakat Betawi sudah akrab dengan tanaman pucung atau kepayang atau kluwek (Pangium edule). Suburnya tanaman ini di sekitar, terutama daerah rawa […]