Senibudayabetawi.com – Tanah Abang, nama wilayah yang lekat dengan pusat perdagangan tekstil ternyata menyimpan sejarah panjang terkait tradisi nyeset kambing. Kegiatan nyeset kambing bukan sekadar kecepatan dalam menguliti kambing, tapi menjadi sebuah tradisi yang tak terpisahkan dari masyarakat Betawi Tanah Abang.
Muasal penamaan Tanah Abang tepatnya pada kuartal abad ke-17 seiring adanya dugaan bahwa nama ini berasal dari tentara Mataram yang menyerbu VOC di Batavia tahun 1628. Ini dikarenakan kawasan ini berupa tanah bukit dengan rawa-rawa dengan tanah berwarna merah (bahasa Jawa: abang). Ada kemungkinan tentara Mataram memberi nama daerah ini sebagai Tanah Abang.
Seperti dikutip dari Intisari, awalnya wilayah perluasan Kota Batavia mulanya tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda. Adapun mereka menyewakan tanahnya pada orang Cina dan diolah menjadi tanah pertanian dan perkebunan. Ini didukung dengan kondisi geografis wilayah ini yang subur.
Nah, hasil pertanian dari hasil hutan dan ternak tersebut didistribusikan ke kota dengan perahu melalui kanal dari arah selatan Tanah Abang lewat Kali Krukut. Tak sekadar sebagai tempat peristirahatan, bukit Tanah Abang juga mereka manfaatkan sebagai tempat gembala ternak, termasuk ternak kambing. Bermula dari itulah Tanah Abang kemudian dikenal sebagai Pasar Kambing.
Saat Pasar Kambing Menyatu dengan Pasar Tanah Abang
Konon, Pasar Kambing ini dulunya menyatu dengan Pasar Tanah Abang. Kemudian, saat dilakukan peremajaan, Pasar Kambing ini sempat menghilang. Akhirnya, Pasar Kambing ini akhirnya dipindahkan di lokasi baru yakni di belakang Pasar Tanah Abang.
Bermula dari lekatnya masyarakat Tanah Abang dengan kambing, muncul pula tradisi nyeset kambing. Nyeset kambing merupakan seni menguliti kambing dengan cepat, tepat, dan bersih. Keterampilan ini membutuhkan ketelitian, kecepatan, dan pengetahuan anatomi kambing yang mendalam.
Tradisi nyeset kambing di Tanah Abang telah berlangsung sejak lama. Keterampilan ini diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tempo dulu, kegiatan nyeset kambing merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang hewan kurban. Keterampilan ini sangat berguna untuk memenuhi permintaan daging segar saat perayaan hari besar Islam seperti Idul Adha.
Tak Sekadar Keterampilan Nyeset Kambing
Selain aspek praktis, nyeset kambing juga memiliki makna sosial dan budaya yang mendalam. Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi antar warga, mempererat tali persaudaraan, dan melestarikan warisan budaya Betawi.
Untuk menjaga kelangsungan tradisi ini, masyarakat Tanah Abang sering mengadakan lomba nyeset kambing. Lomba ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kebolehan, tetapi juga sarana untuk mempromosikan tradisi nyeset kambing kepada generasi muda. Para peserta lomba akan diuji kecepatan, ketepatan, dan kebersihan dalam menguliti kambing.
Ramadani Wahyu