Senibudayabetawi.com – Marunda, sebuah kampung tua di Jakarta Utara, tak hanya dikenal sebagai kawasan pesisir. Tempat ini juga menjadi kiblat bagi para pencinta seni bela diri Betawi, khususnya maen pukulan. Dengan sejarah panjang sebagai kawah candradimuka para jago, Marunda telah melahirkan berbagai aliran maen pukulan, salah satunya yang paling terkenal adalah aliran Marunda Pulo.
Banyak versi cerita berkembang tentang kawasan ini. Versi pertama, Marunda berasal dari nama sungai di kampung itu. Sedangkan versi kedua, Marunda berasal dari kata Menunda. Tempo dulu di kampung tersebut terjadi penundaan pembangunan masjid karena masyarakat sekitar belum bisa menerima syiar Islam.
Versi lain menyebut bahwa Marunda berasal dari nama perampok budiman, Ronda. Adapun dia menjadi incaran kompeni karena sepak terjangnya merampok tuan-tuan tanah dan membagikan hasilnya pada rakyat miskin.
Menurut tutur lisan masyarakat setempat, Marunda tempo dulu menjadi tempat berkumpulnya para jago maen pukulan Betawi. Dalam Maen Pukul: Pencak Silat Betawi, karya G.J Nawi, Marunda merupakan kawah Candradimuka bagi para jago dan jagoan. Nah, kisah tentang Si Mirah, Si Ronda hingga Si Pitung tertanam kuat dalam bentuk cerita rakyat. Setiap jago Betawi jika ingin menguji kemampuan maen pukulannya maka akan menyambangi Kampung Marunda.
Riwayat Maen Pukulan Marunda Pulo
Sesepuh Betawi dari Kampung Marunda Pulo, H. Muhammad Sambo Ishak atau Ncing Sambo kali pertama belajar maen pukulan Marunda Pulo di tahun 1972 dari Abdul Ghani atau Ra Kaucin. Ra Kaucin ini konon berasal dari Cirebon.
Ncing Sambo telah menguasai maen pukulan aliran lain yang didapatkannya dari mengembara. Nah, dari ilmu itu juga ia membuat formulasi jurus maenan Marunda Pulo yang disebut dengan Pamor Kurung.
Sebelumnya, menurutnya gerakan maen pukulan Maunda Pulo terbilang jelek sehingga tidak bisa untuk atraksi panggung. Untuk menguasainya, seseorang harus memiliki dasar ilmu bela diri terlebih dahulu karena butuh fisik kuat dan wawasan luas dalam menerima pelajaran.
Jurus Maen Pukulan Marunda Pulo
Adapun jurus-jurus maen pukulan ini yaitu:
Jalan Satu: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Dua: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Tiga: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Empat: Jalan 1, Jalan 2. Lalu ada Jalan Lima: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Enam: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Tujuh: Jalan 1, Jalan 2. Selanjutnya ada Jalan Delapan: Jalan 1, Jalan 2, Jalan Sembilan, Jalan Sepuluh, Jalan Sebelas. Kemudian Jalan Dua Belas, Seliwa, Langkah (Langkah Empat,
Selanjutnya, Langkah Lima, Langkah Tiga, Langkah Tujuh), Golok, Toya, Pisau, Sikak, Bangke Ngamuk, Pamor Kurung
Berdasarkan 20 jurus tersebut, Pamor Kurung menjadi jurus pamungkas yang merupakan gabungan dari semua gerak jurus dan langkah. Itu sebabnya maen pukulan ini kerap disebut maen pukulan Pamor Kurung.
Maen pukulan ini tidak hanya memiliki gerak dan jurus secara fisik, tapi juga ada “ilmu dalam” kebatinan Islam yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran seperti Ibabuna wa kholiquna wa subatulillahita’ala yang digunakan sebagai amalan ilmu kebal.
Ciri Khas Maen Pukulan Marunda Pulo
Maen pukulan ini memiliki gerakan yang rumit. Biasanya, kuda-kudanya sedang dengan hentakan pukulannya yang bertenaga. Gerakannya juga cukup atraktif seperti bisa tiba-tiba berubah dari kuda-kuda rendah setengah rebahan menjadi kuda-kuda tinggi.
Ramadani Wahyu
[…] Senibudayabetawi.com – Di jantung kota Jakarta Timur, tepatnya di Ciracas tersembunyi kisah legendaris seorang perempuan tangguh bernama Mak Kopi. Namanya harum dalam sejarah Betawi, terutama karena perannya sebagai guru maen pukulan. […]