Mak Kopi dan Maen Pukulan: Merajut Identitas Budaya Betawi

Mak Kopi dan Maen Pukulan: Merajut Identitas Budaya Betawi

Senibudayabetawi.com – Di jantung kota Jakarta Timur, tepatnya di Ciracas tersembunyi kisah legendaris seorang perempuan tangguh bernama Mak Kopi. Namanya harum dalam sejarah Betawi, terutama karena perannya sebagai guru maen pukulan.

Lebih dari sekadar seni bela diri, maen pukulan bagi masyarakat Betawi adalah simbol identitas, semangat juang, dan warisan leluhur. Siapa sebenarnya Mak Kopi dan apa yang membuatnya begitu istimewa? Mari kita telusuri jejaknya.

Dalam Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi oleh G.J. Nawi di daerah pinggiran timur Betawi, tepatnya di Kampung Ciracas ada sebuah legenda tentang muasal orang Betawi. Alkisah ada seorang mubaligh dari Demak yang tiba di tanah Betawi dan menikahi gadis setempat.

Dari pernikahannya ini, lahirlah dua anak lelaki yang berbeda karakter yaitu Samsuddin dan Hadi. Samsuddin cenderung mengikuti karakter ayahnya dan memilih profesi sebagai penghulu agama hingga menurun ke anak cucu. Sementara karakter Hadi cenderung mengikuti ibunya dan memilih profesi sebagai petani.

Mak Kopi Pandai Maen Pukulan

Hadi menikahi gadis Betawi Ciracas keturunan Tionghoa bernama Mak Kopi. Menariknya, Mak Kopi sangat pandai maen pukulan. Kepandaiannya itu konon didapatkan secara gaib. Selanjutnya ia dipanggil Mak Kopi karena saat ibunya hamil “ngidam” minuman kopi. Dari hasil perkawinan Hadi dan Mak Kopi, lahirlah dua anak laki-laki yaitu Kotong dan Cengkrong.

Saat Kotong berusia empat tahun, Hadi meninggal dunia dan dimakamkan di Kampung Ceger, Tanah Merdeka. Setelah itu, Mak Kopi kembali ke kampung halamannya di Ciracas untuk membesarkan kedua anaknya sekaligus menjadi guru maen pukulan. Kedua anak lelakinya menjadi murid pertama Mak Kopi dan mewarisi ilmu maen pukulannya.

Kotong mengamalkan ilmu maen pukulannya hanya untuk pribadi, sedangkan Cengkrong menyebarkannya hingga memiliki banyak murid. Beberapa murid Cengkrong dikenal sebagai generasi yang menurunkan tradisi centeng, mandor, pendekar, jawara, jago, hingga jagoan di Kampung Ciracas.

Dalam legenda Mak Kopi, terdapat unsur-unsur yang dapat dijadikan pemarkah identitas ke-Betawian yaitu garis keturunan etnis beragam (salah satunya Tionghoa), teguh memegang aqidah agama Islam, mahir ilmu bela diri, dan menurunkan tradisi centeng, mandor, pendekat, jawara, jago, serta mencintai seni budaya Betawi.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.