Jipeng: Ketika Tanjidor Berdansa dengan Topeng

Jipeng: Ketika Tanjidor Berdansa dengan Topeng

Senibudayabetawi.com Jipeng bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga cerminan jiwa masyarakat Betawi. Dalam setiap gerakan dan alunan musiknya, tercermin keramahan, humor, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas orang Betawi.

Kesenian Jipeng alias perpaduan dari tanji dan topeng Betawi lahir karena inovasi di tengah kebosanan masyarakat Betawi, khususnya terhadap pertunjukan tanjidor. Adapun tanjidor memainkan instrumen musik saja dan kerap bermain dalam acara pernikahan hingga khitanan. Eksistensi tanjidor tempo dulu sempat menjamur sebelum akhirnya ada inovasi Jipeng.

Kesenian Jipeng tidak hanya mempertunjukkan permainan musik. Akan tetapi juga tarian, nyanyian, serta perpaduan gerak dan teater yang kadang mengundang lawakan.

Sebagai kesenian perpaduan, tata cara pergelaran Jipeng tidak berbeda dengan pergelaran Topeng. Perbedaannya terlihat pada awal pertunjukan dan kostum. Meski kostum yang digunakan pemain Jipeng lebih sederhana dibandingkan dengan kesenian topeng, tapi kesenian ini terbilang unik.

Untuk penarinya, Jipeng cukup memakai kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang. Jika pada kesenian topeng diawali dengan lagu arang-arangan atau enjot-enjotan, Jipeng justru diawali dengan lagu-lagu mars dan was (wals) khas Tanjidor.

Kendati demikian, tema dan cerita yang dibawakan Jipeng tidak banyak berbeda dengan Topeng. Umumnya, kesenian Jipeng ini mengambil tema cerita tentang keagamaan atau petuah.

Selain itu, waktu pementasan Jipeng umumnya dilakukan pada pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, Tanjidor biasanya terlebih dahulu diarak keliling kampung. Bang Jaip juga menambahkan, “jika pada siang harinya tanjidor diarak keliling kampung, maka malam harinya tanji digabungin sama topeng.

Pada puncak popularitasnya sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, Jipeng sering ditampilkan dalam berbagai acara dan perayaan tradisional masyarakat Betawi. Namun, saat ini kesenian Jipeng lebih terbatas hanya di pinggiran Jakarta, dengan sedikit grup yang masih mempertontonkannya.

Jipeng Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Gerakan penari Jipeng yang cenderung mengalir dan lembut menggambarkan keramahan dan keluwesan orang Betawi dalam berinteraksi. Ini juga diikuti dengan ekspresi wajah ceria, jenaka dan penuh makna yang mencerminkan karakter orang Betawi yang terbuka. Ditambah lagi dengan perpaduan gerakan cepat dan lambat, halus dan tegas, menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi orang Betawi.

Musik pengiring Jipeng yang didominasi oleh alat musik tradisional seperti tanjidor yang menciptakan suasana yang ceria dan meriah, mencerminkan semangat hidup orang Betawi. Demikian pula lagu-lagu yang dibawakan dalam Jipeng seringkali memiliki melodi yang sederhana namun mudah diingat, sehingga dapat dengan mudah diikuti oleh penonton dan menciptakan rasa kebersamaan. Lirik lagu Jipeng seringkali mengandung pesan moral, humor, atau sindiran sosial yang mencerminkan kepintaran dan kejenakaan orang Betawi.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.