Orang Betawi Wajib Kuasai Maen Pukulan Sebelum Berangkat Haji

Orang Betawi Wajib Kuasai Maen Pukulan Sebelum Berangkat Haji

Senibudayabetawi.com – Maen pukulan, lebih dari sekadar seni bela diri, adalah warisan budaya yang tak ternilai bagi masyarakat Betawi. Sejak zaman penjajahan, maen pukulan telah menjadi simbol perlawanan dan identitas bagi masyarakat Betawi. Tak hanya untuk mempertahankan diri, maen pukulan menjadi bagian kehidupan sosial, budaya orang Betawi. Bahkan sebelum berangkat haji, wajib menguasai maen pukulan.

Kehidupan para pesilat Betawi tak lepas dari agama Islam. Jadi tidak ada istilah maen pukulan tapi tidak belajar agama. Tak ayal jika mereka mengenal istilah naik bale ngaji, turun bale maen pukul. Adapun artinya, naik ke balai (tempat duduk-duduk) untuk mengaji, turun dari balai belajar maen pukulan. Oleh karena itu banyak perguruan silat di Betawi yang menerapkan pengajian bagi murid mereka.

Awal Mula Maen Pukulan

Awal kemunculan maen pukulan Betawi ditandai dengan pergolakan masyarakat pribumi pada transisi masa kolonial Eropa Barat (Belanda dan Inggris) di akhir abad ke-18 serta masa kependudukan Jepang Perang Dunia II. Tepatnya pada abad ke-19, imbas pergolakan dan revolusi sosial kolonialisme barat.

Berbagai macam pegolakan timbul karena kebijakan-kebijakan yang tak manusiawi. Misalnya kebijakan kolonial berupa Culture Stelsel atau tanam paksa oleh Johannes Van Den Bosch (1808-1833).

Di tanah Betawi, khususnya di daerah pinggiran, perlawanan masyarakat tani dipelopori oleh para jago. Istilah ‘jago’ konon berasal dari bahasa Portugis yang secara harfiah berarti permainan. Namun, istilah ini juga muncul di Banten sekitar 1810. Istilah jago, juara, atau jawara merujuk pada orang yang ahli ilmu bela diri.

Kemunculan para jago ini ditanggapi pemerintah kolonial melalui Tindakan segregasi dan politik Devide et Impera, yakni merekrut orang-orang pribumi yang memiliki kepandaian bela diri dan menyamai jago. Sebagai imbalan, mereka mendapat jabatan resmi seperti Wijkmesester (tuan Bek) dan Serean.

Menilik Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi karangan G.J Nawi, masa ini disebut sebagai masanya para jagoan dan jago Betawi.

Mau Haji, Wajib Kuasai Maen Pukulan

Dalam perkembangannya fungsi maen pukulan Betawi meluas, termasuk menjadi bekal bagi perjalanan orang Betawi menuju Tanah Suci. Abdul Chaer (2012: 214) mengungkap bahwa masyarakat Betawi Tempo dulu, khususnya tahun 60-an atau 70-an kerap mempelajari maen pukulan sebelum berangkat haji. Mengapa demikian? 

Pada masa tersebut perjalanan haji merupakan perjalanan berbahaya karena orang Betawi biasanya naik kapal laut lalu diteruskan dengan jalur darat. Lamanya perjalanan jalur laut dan darat ini menjadikan mereka rentan bertemu orang jahat yang ingin merampok rombongan. Oleh karena itu, mereka merasa perlu membekali diri dengan kemampuan bela diri warisan nenek moyang yakni maen pukulan Betawi. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.